2.1
Motivasi Sumber Daya Manusia
2.1.1
Definisi Motivasi
Motivasi berasal dari kata movere yang
berarti mendorong atau menggerakkan. Motivasi
adalah proses mempengaruhi atau mendorong dari luar terhadap seseorang atau
kelompok kerja agar mereka mau melaksanakan sesuatu yang telah ditetapkan.
Perilaku manusia
ditimbulkan atau dimulai dengan adanya motivasi. Motivasi adalah keadaan dalam
pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan
kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan. Motivasi yang ada pada
seseorang akan mewujudkan suatu perilaku yang diarahkan pada tujuan mencapai
sasaran kepuasan. Jadi, motivasi bukanlah sesuatu yang dapat diamati, tetapi
adalah hal yang dapat disimpulkan adanya karena sesuatu perilaku yang tampak.
Tiap kegiatan yang dilakukan oleh seseorang didorong oleh sesuatu kekuatan dari
dalam diri orang tersebut. Kekuatan pendorong inilah yang disebut motivasi.
Motivasi merupakan
masalah kompleks dalam organisasi, karena kebutuhan dan keinginan setiap
anggota organisasi berbeda. Manajer organisasi perusahaan penting untuk
mengetahui apa yang menjadi motivasi para karyawan atau bawahannya, sebab
faktor ini akan menentukan jalannya organisasi dalam pencapaian tujuan.
Motivasi bisa
ditimbulkan oleh faktor internal atau eksternal tergantung darimana suatu
kegiatan dimulai. Motivasi internal berasal dari diri pribadi seseorang dan
akan dijelaskan oleh hirarki kebutuhan Maslow dan motif berprestasi Mc Celland.
Sedangkan motivasi eksternal sebenarnya dibangun di atas motivasi internal dan
adanya dalam organisasi sangat tergantung pada anggapan-anggapan dan
teknik-teknik yang dipakai oleh pimpinan organisasi atau para manajer dalam
memotivasi bawahannya.
·
Motivasi Internal
Kebutuhan dan keinginan
yang ada dalam diri seseorang akan menimbulkan motivasi internalnya. Kekuatan
ini akan memperngaruhi pikirannya, yang selanjutnya akan mengarahkan perilaku
orang tersebut.
Penggolongan motivasi
internal yang diterima secara umum belum mendapat kesepakatan para ahli. Namun
demikian, psikolog-psikolog menyetujui bahwa motivasi dapat dikelompokkan ke
dalam 2 kelompok, yaitu :
a) Motivasi fisiologis, yang merupakan motivasi alamiah (biologis) seperti
lapar dan haus.
b) Motivasi psikologis, yang dapat dikelompokkan ke dalam 3 kategori dasar,
yaitu :
o Motivasi kasih sayang (affectional motivation), yaitu motivasi untuk
menciptakan dan memelihara kehangatan, keharmonisan dan kepuasan batiniah
(emosional) dalam berhubungan dengan orang lain.
o Motivasi mempertahnakan diri (ego-defensive motivation), yaitu motivasi
untuk melindungi kepribadian, menghindari luka fisik dan psikologis,
menghindari untuk tidak ditertawakan dan kehilangan muka, mempertahankan
prestise dan mandapatkan kebanggaan diri.
o Motivasi memperkuat diri (ego-bolstering motivation), yaitu motivasi untuk
mengembangkan kepribadian, berprestasi, menaikkan prestasi dan mendapatkan
pengakuan orang lain, memuaskan diri dengan penguasaannya terhadapa orang lain.
·
Motivasi
Eksternal
Teori motivasi eksternal tidak mengabaikan teori motivasi internal, tetapi
justru mengembangkannya. Teori motivasi eksternal menjelaskan kekuatan-kekuatan
yang ada di dalam individu yang dipengaruhi faktor-faktor intern yang
dikendalikan oleh manajer, yaitu meliputi suasana kerja seperti gaji, kondisi
kerja, kebijaksanaan perusahaan dan hubungan kerja, seperti penghargaan, kenaikan
pangkat dan tanggung jawab.
Manajer perlu mengenal motivasi eksternal untuk mendapatkan tanggapan
positif dari karyawannya. Seorang manajer dapat mempergunakan motivasi
eksternal yang positif ataupun negatif. Motivasi positif memberikan penghargaan
untuk pelaksanaan kerja yang baik. Motivasi negatif memperlakukan hukuman bila
pelaksanaan kerja jelek.
2.1.2 Motivasi dan Tindakan
Motivasi dan tindakan adanya hubungan keterkaitan, sebab motiv yang besar
tidak efektif tanpa ada tindakan yang merupakan follow-up dari motif
tersebut. Oleh karena itu perlu dipahami terlebih dahulu apa sebenarnya
tindakan itu. Tindakan apapun merupakan salah satu jenis perbuatan manusia.
Akan tetapi, perbuatan tersebut mengandung maksud tertentu yang memang
dikehendaki oleh orang yang melakukan kegiatan itu. Paling sedikit ada dua
macam perbuatan, yaitu :
a) Pemikiran (thinking), yaitu perbuatan rohani yang menghendaki bekerjanya
daya pikir (otak) manusia.
b) Tindakan (action), yaitu perbuatan
jasmani yang amat membutuhkan gerak otot tubuh manusia.
Namun, sebenarnya tidak
semua perbuatan didorong oleh motif. Perbuatan yang dilakukan dengan sadar
memang memiliki motif, dan itulah tindakan. Perbuatan yang dilakukan dengan
tidak sadar, tidak memiliki motif. Dalam hubungannya dengan motif, hal itu bukanlah
suatu tindakan, tetapi suatu perbuatan tanpa motif. Dengan demikian, jelas
bahwa tindakan yang dimaksud disini adalah perbuatan yang sadar tujuan. Hal
yang perlu dimengerti adalah bahwa tidak selalu dapat diketahui dengan jelas
apakah yang menjadi motif dari tindakan seseorang.
2.1.3 Teori Motivasi
Menurut Maslow, setiap individu memiliki kebutuhan-kebutuhan yang tersusun
secara hierarki dari tingkat yang paling mendasar sampai pada tingkatan yang
paling tinggi. Setiap kali kebutuhan pada tingkatan paling rendah telah
terpenuhi maka akan muncul kebutuhan lain yang lebih tinggi. Pada tingkat yang
paling bawah, dicantumkan berbagai kebutuhan dasar yang bersifat biologis. Pada
tingkatan yang lebih tinggi dicantumkan berbagai kebutuhan yang bersifat
sosial. Pada tingkatan yang paling tinggi dicantumkan kebutuhan untuk
mengaktualisasikan diri.
a) Kebutuhan aktualisasi diri, seperti kesempatan dan kebebasan untuk
merealisasikan cita-cita atau harapan individu, kebebasan untuk mengembangkan
bakat atau talenta yang dimiliki.
b) Kebutuhan untuk dihargai, seperti pemberian penghargaan mengakui hasil
karya individu.
c) Kebutuhan untuk dicintai dan disayangi, seperti interaksi dengan rekan
kerja, kebebasan melakukan aktivitas sosial, dan kesempatan yang diberikan
untuk menjalin hubungan yang akrab dengan orang lain.
d) Kebutuhan akan rasa aman dan tentram, seperti dilingkungan kerja yang bebas
dari segala bentuk ancaman, keamanan jabatan atau posisi, status kerja yang
jelas, dan keamanan alat yang digunakan.
e) Kebutuhan fisiologis dasar, seperti makanan, pakaian, perumahan, dan
fasilitas-fasilitas dasar lainnya yang berguna untuk kelangsungan hidup
pekerja.
2.1.4 Model Motivasi
a) Model Tradisional
Dalam model
ini aspek yang sangat penting dari pekerjaan para manajer adalah membuat para
karyawan dapat menjalankan pekerjaan mereka yang membosankan dan berulang-ulang
dengan cara yang paling efisien. Para manajer mendorong dan memotivasi tenaga
kerja dengan cara memberikan imbalan berupa gaji atau upah yang makin
meningkat. Artinya, apabila mereka rajin bekerja dan aktiv, upahnya akan
dinaikan. Pandangan ini menganggap bahwa pada dasarnya para karyawan malas dan
dapat didorong kembali hanya pada imbalan keuangan. Meskipun demikian, para
manajer makin lama makin mengurangi jumlah imbalan tersebut.
b) Model Hubungan Manusiawi (Human Relation Model)
Model ini
lebih menekankan dan menganggap penting adanya faktor kontak sosial yang
dialami para karyawan dalam bekerja dari pada faktor imbalan seperti yang
dikemukakan oleh model tradisional. Pada model ini para manajer dapat
memotivasi karyawan dengan cara memenuhi kebutuhan sosial mereka dan membuat
mereka merasa penting dan berguna. Ini berarti kepuasan dalam bekerja karyawan
harus ditingkatkan, antar lain dengan cara memberikan lebih banyak kebebasan
pada karyawan untuk mengambil keputusan dalam menjalankan pekerjaan mereka.
dalam hal ini dikembangkangnya kontak sosial atau hubungan kemanusiaan secara
lebih baik merupakan faktor motivasi yang penting.
c) Model Sumber Daya Manusia
Dalam model
ini motivasi yang penting bagi karyawan adalah pengembangan tanggung jawab
bersama untuk mencapai tujuan organisasi dengan cara setiap anggota atau
karyawan menyumbangkan sesuatu kepada organisasi sesuai dengan kepentingan dan
kemampuan masing-masing. Model ini timbul sebagai kritik terhadap model
hubungan manusiawi. Motivasi karyawan tidak hanya pada upah atau kepuasan
kerja, tetapi dari berbagai faktor.
2.1.5
Kebutuhan
Karyawan
Setiap individu dalam perusahaan berasal dari berbagai
latar belakang yang berbeda-beda, maka akan sangat penting bagi perusahaan
untuk mengetahui apa kebutuhan dan harapan karyawannya, apa bakat dan
keterampilan yang dimilikinya serta bagaimana rencana karyawan tersebut pada
masa mendatang. Jika perusahaan dapat mengetahui hal-hal tersebut, maka akan lebih
mudah untuk menempatkan karyawan pada posisi yang paling tepat, sehingga
karyawan akan semakin termotivasi. Tentu saja usaha-usaha memahami kebutuhan
karyawan tersebut harus disertai dengan penyusunan kebijakan perusahaan dan
prosedur kerja yang efektif. Untuk melakukan hal ini tentu bukan perkara yang
gampang, tetapi memerlukan kerja keras dan perhatian yang sungguh-sungguh dari
perusahaan.
Setiap
karyawan memiliki kebutuhan untuk mengungkapkan diri, ingin diterima sebagai
bagian dari anggota ‘keluarga’ perusahaan, ingin dipercaya dan didengar
kata-katanya, dihargai manajemen, dan bangga terhadap pekerjaannya. Melalui
komunikasi dua arah pihak manajemen dapat mengidentifikasi hal-hal tersebut dan
menginformasikan tujuan-tujuan perusahaan, target market, dan rencana masa
depan lalu mendorong karyawannya untuk memberikan feedback.
2.2 Kepemimpinan
2.2.1
Definisi
Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah kemampuan meyakinkan dan menggerakan orang lain agar
mau bekerja sama di bawah kepemimpinannya sebagai suatu tim untuk mencapai
suatu tujuan tertentu. Setiap pemimpin memiliki karakteristik tertentu yang
timbul pada situasi yang berbeda.
Dalam
suatu organisasi kepemimpinan merupakan faktor yang sangat penting dalam
menentukan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi.
Kepemimpinan merupakan titik sentral dan penentu kebijakan dari kegiatan yang
akan dilaksanakan dalam organisasi. Kepemimpinan adalah aktivitas untuk
mempengaruhi perilaku orang lain agar supaya mereka mau diarahkan untuk
mencapai tujuan tertentu. Kepemimpinan mengandung beberapa unsur pokok antara
lain:
a) Kepemimpinan melibatkan orang lain
dan adanya situasi kelompok atau organisasi tempat pemimpin dan anggotanya
berinteraksi.
b) Didalam kepemimpinan terjadi
pembagian kekuasaan dan proses mempengaruhi bawahan oleh pemimpin.
c) Adanya tujuan bersama yang harus
dicapai.
Dari uraian diatas dapat diambil
kesimpulan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi perilaku
seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu pada situasi
tertentu.
2.2.2 Kekuasaan dan Wewenang
Menurut Mc. Clelland, kekuasaan merupakan salah satu kebutuhan hidup
manusia. Sedangkan wewenang adalah suatu kekuasaan atau hak pimpinan untuk
bertindak dan memerintah orang lain atau bawahan.
Kekuasaan
merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain untuk mencapai sesuatu dengan cara
yang diinginkan. Studi tentang kekuasaan dan dampaknya merupakan hal yang
penting dalam manajemen. Karena kekuasaan merupakan kemampuan mempengaruhi
orang lain, maka mungkin sekali setiap interaksi dan hubungan sosial dalam
suatu organisasi melibatkan penggunaan kekuasaan. Cara pengendalian unit
organisasi dan individu di dalamnya berkaitan dengan penggunaan kekuasaan.
Wewenang adalah
hak untuk melakukan sesuatu atau memerintah orang lain untuk melakukan atau
tidak melakukan sesuatu agar tercapai tujuan tertentu.Penggunaan wewenang
secara bijaksana merupakan faktor kritis bagi efektevitas organisasi. peranan
pokok wewenang dalam fungsi pengorganisasian, wewenang dan kekuasaan sebagai
metoda formal, dimana manajer menggunakannya untuk mencapai tujuan individu
maupun organisasi.Wewenang formal tersebut harus di dukung juga dengan
dasar-dasar kekuasaan dan pengaruh informal. Manajer perlu menggunakan lebih
dari wewenang resminya untuk mendapatkan kerjasama dengan bawahan mereka,
selain juga tergantung pada kemampuan ilmu pengetahuan, pengalaman dan
kepemimpinan mereka.
Kekuasaan amat
erat hubungannya dengan wewenang. Tetapi kedua konsep ini harus dibedakan.
Kekuasaan melibatkan kekuatan dan paksaan, wewenang merupakan bagian dari
kekuasaan yang cakupannya lebih sempit. Wewenang tidak menimbulkan implikasi
kekuatan, wewenang adalah kekuasaan formal yang dimiliki oleh seseorang karena
posisi yang dipegang dalam organisasi. Jadi seorang bawahan harus mematuhi
perintah manajernya karena posisi manajer tersebut telah memberikan wewenang
untuk memerintah secara sah.
2.2.3
Kekuasaan
Antarpribadi
a)
Kekuasaan
Legitimasi
Kekuasaan
Legitimasi adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain karena
posisinya. Seorang yang tingkatannya lebih tinggi memiliki kekuasaan atas pihak
yang kedudukannya lebih rendah. Dalam teori, orang yang mempunyai kedudukan
sederajat dalam organisasi, misalnya sesama manajer, mempunyai kekuasaan
legitimasi yang sederajat pula. Kesuksesan penggunaan kekuasaan legitimasi ini
sangat dipengaruhi oleh bakat seseorang dalam mengembangkan seni aplikasi
kekuasaan tersebut.
Selain seni
pemegang kekuasaan, para bawahan memainkan peranan penting dalam pelaksanaan
penggunaan legitimasi. Jika bawahan memandang penggunaan kekuasaan tersebut
sah, artinya sesuai dengan hak-hak yang melekat, mereka akan patuh. Namun, jika
dipandang penggunaan kekuasaan tersebut tidak sah, mereka mungkin sekali akan
membangkang. Batas-batas kekuasaan ini akan sangat bergantung pada budaya,
kebiasaan, dan sistem nilai yang berlaku dalam organisasi yang bersangkutan.
b)
Kekuasaan
Imbalan
Kekuasaan
imbalan didasarkan atas kemampuan seseorang untuk memberikan imbalan pada orang
lain (pengikutnya) karena kepatuhan mereka. Kekuasaan imbalan digunakan untuk mendukung
kekuasaan legitimasi. Jika seseorang memandang bahwa imbalan, baik imbalan ekstrinsik
maupun intrinsik, yang ditawarkan seseorang atau organisasi yang mungkin
sekali akan diterimanya, mereka akan tanggap terhadap perintah. Penggunaan
kekuasaan imbalan ini amat erat sekali kaitannya dengan teknik memodifikasi
perilaku dengan menggunakan imbalan sebagai faktor pengaruh.
c)
Kekuasaan
Paksaan
Kekuasaan
paksaan, yaitu kekuasaan untuk menghukum. Pemberian hukuman pada seseorang
dimaksudkan juga untuk memodifikasi perilaku, maksudnya menghukum perilaku yang
tidak baik atau merugikan organisasi dengan maksud agar berubah menjadi
perilaku yang baik dan bermanfaat bagi organisasi. Para manajer menggunakan
kekuasaan jenis ini agar para pengikutnya patuh pada perintahnya karena takut
pada konsekuensi yang tidak menyenangkan, yang mungkin akan diterimanya. Jenis
hukuman dari perusahaan dapat berupa pembatalan pemberian konsekuensi tindakan
yang menyenangkan, misalnya pembatalan promosi, pembatalan bonus maupun
pelaksanaan hukuman, seperti skors, PHK, potong gaji, teguran dimuka umum, dan
sebagainya. Meskipun hukuman dapat mengakibatkan dampak sampingan yang tidak
diharapkan, misalnya perasaan dendam, tetapi hukuman merupakan bentuk kekuasaan
paksaan yang masih digunakan untuk memperoleh kepatuhan atau memperbaiki
prestasi yang tidak produktif dalam sebuah organisasi atau perusahaan.
d)
Kekuasaan Ahli
Kekuasaan ahli
merupakan karakteristik pribadi, seseorang mempunyai kekuasaan ahli jika ia
memiliki keahlian khusus yang dinilai tinggi. Seseorang yang memiliki keahlian
teknis, administratif, atau keahlian lain dinilai mempunyai kekuasaan walaupun
kedudukan mereka rendah. Semakin sulit mencari pengganti orang yang
bersangkutan, semakin besar kekuasaan yang dimiliki.
e)
Kekuasaan
Panutan
Kekuasaan
panutan ditentukan oleh kekuatan pengaruh kharisma terhadap orang lain. Banyak
individu yang menyatukan diri dengan atau dipengaruhi oleh seseorang karena
gaya kepribadian atau prilaku orang yang bersangkutan. Kharisma adalah basis
kekuasaan panutan. Seseorang yang berkharisma, misalnya seorang manajer ahli,
penyanyi, politikus, dan olahragawan akan dikagumi karena karakteristiknya.
2.2.4
Kekuasaan
Struktural dan Situasional
Kekuasaan
terutama ditentukan oleh struktur didalam organisasi. Struktur organisasi di
pandang sebagai mekanisme pengendalian yang mengatur organisasi. Dalam tatanan
struktur organisasi, kebijaksanan ngambilan keputusan dialokasikan keberbagai
posisi. Selain itu struktur membentuk pola komunikasi dan arus informasi. Jadi
struktur organisasi menciptakan kekuasaan dan wewenang formal, dengan
menghususkan orang-orang tertentu untuk melaksanakan tugas pekerjaan dan
mengambil keputusan tertentu dengan memanfaatkan kekuasaan informal mungkin
timbul karena truktur informasi dan komunikasi dalam sistem tersebut .
Posisi formal
dalam organisasi amat erat hubungannya dengan kekuasaan dan wewenang yang
melekat. Tanggung jawab, wewenang dan berbagai hak-hak yang lain tumbuh dari
posisi seseorang. Bentuk lain kekuasaan struktur timbul karena sumber daya,
pengambilan keputuan, dan informasi.
a)
Sumber Daya
Seorang ahli
manajemen mengemukakan bahwa kekuasaan seseorang berasal dari dua sumber.
Pertama, penggunaan sumber daya, informasi, dan dukungan. Kedua, kemampuan
memperoleh kerja sama untuk melakukan pekerjaan yang penting. Kekuasaan terjadi
jika seseorang mempunyai saluran terbuka atas sumber daya, dana, tenaga kerja,
teknologi, bahan mentah, dan pelanggan. Sumber daya amat penting untuk
dialokasikan disepanjang garis hierarki organisasi.
b)
Kekuasaan
Pengambilan Keputusan
Derajat
sesorang atau sub-unit dapat mempengaruhi pengambilan keputusan atau menentukan
kadar kekuasaan. Sesorang atau sub-unit yang memiliki kekuasaan dapat
mempengaruhi jalannya proses pengembalian keputusan, alternatif apa yang seyogianya
dipilih, dan waktu pengambilan keputusannya.
c)
Kekuasaan
Informasi
Memiliki akses
atau (jangkauan) atas informasi yang relevan dan penting merupakan kekuasan.
Gambaran yang benar tentang kekuasan seseorang tidak hanya disediakan oleh
posisi orang yang bersangkutan, tetapi juga oleh penguasan orang yang
bersangkutan atas informasi yang relevan. Seseorang akuntan dalam struktur
organisasi umumnya tidak memiliki basis kekuasaan antar pribadi khusus yang
kuat atau jelas dalam struktur orgnisasi, tetapi mereka memiliki kekuasan
karena mereka mengendalikan informasi yang penting.
Selanjutnya
situasi organisasi dapat berfungsi sebagai sumber kekuasaan atau ketidak kekuasaan.
Manajer yang sangat berkuasa muncul karena ia mengalokasikan sumber daya yang
dibutuhkan, mengambil keputusan yang penting, dan memiliki jgkun informsi yang penting.
Dialah yang memungkinkan banyak hal yang terjadi dalam organisasi. Sebaliknya,
manajer yang tidak mempunyai kekuasan tidak mempunyai sumber daya atau jangkuan
informsi atau hak-hak prerogatif dalam pengambilan keputusan yang diperlukan.
2.2.5
Kriteria Seorang
Pemimpin
Seorang
pemimpin paling sedikit harus mampu memimpin bawahan untuk mencapai tujuan
organisasi, mampu menangani hubungan antar karyawan, mempunyai interaksi
antarpersonel yang baik, dan mempunyai kemampuan untuk bisa menyesuaikan diri dengan
keadaan.
Beberapa sifat
pemimpin yang berguna dan dapat dipertimbangkan adalah sebagai berikut.
a)
Keinginan untuk menerima tanggung jawab.
b)
Kemampuan untuk “perceptive”.
c)
Kemampuan untuk bersikap objektif.
d)
Kemampuan untuk menentukan prioritas.
e)
Kemampuan untuk berkomunikasi.
2.2.6
Perilaku
Pemimpin
Para ahli
mencoba mengelompokan gaya kepemimpinan dengan menggunakan suatu dasar
tertentu. Dasar yang sering dipergunakan adalah atas dasar tugas yang harus
dilakukan oleh pemimpin atau kewajiban yang diemban oleh pimpinan untuk
pengembangan dan pemenuhan harapan para bawahan. Macam-macam gaya kepemimpinan
adalah sebagai berikut.
a)
The Authocratic
Leader
Seorang
pemimpin yang otokratik menganggap semua kewajiban untuk mengambil keputusan,
menjalankan tindakan, mengarahkan, memberi motivasi, dan mengawasi bawahannya
terpusat ditangannya.
b)
The
Participative Leader
Pemimpin
dengan gaya partisipatif akan mendorong kemampuan mengambil keputusan dari para
bawahannya sehingga pikiran-pikiran mereka akan selalu meningkat dan makin
matang. Ia akan mencari berbagai pendapat dan pemikiran dari para bawahannya
mengenai keputusan yang akan diambil. Ia akan
menjalankan gaya kepemimpinannya dengan konsultasi. Jadi, tidak mendelegasikan
wewenangnya untuk membuat keputusan akhir dan memberikan pengarahan tertentu
kepada bawahannya. Ia akan mencari berbagai pendapat dan pemikiran dari para
bawahannya mengenai keputusan yang akan diambil.
c)
The Free Rein
Leader
Dalam
free rein, pemimpin mendelegasikan wewenang untuk mengambil keputusan kepada
para bawahannya dengan lengkap. Pemimpin menyerahkan tanggung jawab atas
pelaksanaan pekerjaan tersebut pada para
bawahannya. Dengan kata lain, pemimpin menginginkan para
bawahan bisa mengendalikan diri mereka sendiri dalam menyelesaikan pekerjaan tersebut
sehingga ia tidak perlu membuat peraturan-peraturan tentang pelaksanaan
pekerjaan tersebut.
2.2.7
Pemimpin
sebagai Pengambil Keputusan
Pengambilan
keputusan pada hakikatnya adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap
hakikat suatu masalah, seperti pengumpulan fakta dan data, penentuan yang
matang dari alternatif yang dihadapi, dan mengambil tindakan yang menurut
perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat. Pengambilan
keputusan harus didasarkan pada sistematika tertentu, antara lain mempertimbangkan
kemampuan organisasi, personel yang tersedia, dan situasi lingkungan yang akan
digunakan untuk melaksanakan keputusan yang diambil. Pemecahan masalah tidak
dapat dilakukan dengan coba-coba, tetapi harus didasarkan pada fakta yang
terkumpul secara sistematis, baik, dan dapat dipercaya. Keputusan yang baik
adalah keputusan yang diambil dari berbagai alternatif yang ada setelah
alternatif-alternatif tersebut dianalisis secara matang.
2.2.8
Langkah-Langkah
Pengambilan Keputusan
Pengambilan
keputusan, antara lain juga diartikan sebagai suatu teknik memecahkan suatu
masalah dengan mempergunakan teknik-teknik ilmiah. Secara singkat dapat
dikatakan bahwa terdapat tujuh langkah yang perlu diambil sebagai usaha untuk
memecahkan masalah dengan mempergunakan teknik-teknik ilmiah. Langkah-langkah
tersebut adalah sebagai berikut.
a)
Mengetahui hakikat dari masalah yang dihadapi,
dengan perkataan lain, mendefinisikan masalah yang dihadapi dengan
setepat-tepatnya.
b)
Mengumpulkan fakta dan data yang relevan.
c)
Mengolah fakta dan data tersebut.
d)
Menentukan beberapa alternatif-alternatif yang
mungkin ditempuh.
e)
Memilih cara pemecahan dari alternatif yang telah
diolah dengan matang.
f)
Menentukan tindakan-tindakan yang hendak dilakukan.
g)
Menilai hasil-hasil yang diperoleh sebagai akibat
dari keputusan yang telah diambil.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Motivasi adalah proses mempengaruhi atau mendorong dari luar
terhadap seseorang atau kelompok kerja agar mereka mau melaksanakan sesuatu
yang telah ditetapkan. Dalam teori motivasi, hierarki kebutuhan menurut Abraham
Maslow terdiri dari : kebutuhan untuk aktualisasi diri, kebutuhan untuk
dihargai, kebutuhan untuk dicintai dan disayangi, kebutuhan akan rasa aman dan
tentram, dan kebutuhan fisiologis dasar. Sedangkan untuk model motivasi terdiri
dari : model tradisional, model hubungan manusiawi, dan model sumber daya
manusia. Setiap
karyawan memiliki kebutuhan untuk mengungkapkan diri, ingin diterima sebagai
bagian dari anggota ‘keluarga’ perusahaan, ingin dipercaya dan didengar
kata-katanya, dihargai manajemen, dan bangga terhadap pekerjaannya.
Kepemimpinan
adalah kemampuan meyakinkan dan menggerakan orang lain agar mau bekerja sama di
bawah kepemimpinannya sebagai suatu tim untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Kekuasaan
melibatkan kekuatan dan paksaan, wewenang merupakan bagian dari kekuasaan yang
cakupannya lebih sempit. Wewenang tidak menimbulkan implikasi kekuatan, wewenang
adalah kekuasaan formal yang dimiliki oleh seseorang karena posisi yang
dipegang dalam organisasi. Dalam basis kekuasaan, kekuasaan antarpribadi
terdiri dari : kekuasaan legitimasi, kekuasaan imbalan, kekuasaan paksaan,
kekuasaan ahli, dan kekuasaan panutan. Dalam perilaku pemimpin dapat dibedakan
menjadi 3 jenis, yaitu The Authocratic Leader, The Participative Leader, dan
The Free Rein Leader.
DAFTAR PUSTAKA
Handoko, T. Hani. 1998. Manajemen Personalia
dan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta : BPFE.
Samsudin, Sadili. 2010. Manajemen Sumber
Daya Manusia. Bandung : Pustaka Setia.
Simomora, Henry. 2004. Manajemen Sumber Daya
Manusia Edisi III. Yogyakarta : STIE YKPN.
http://pustaka.ut.ac.id. 29 November 2011.
http://puslit2.petra.ac.id. 29 November
2011.
Judul : Motivasi dan Kepemimpinan
Judul : Motivasi dan Kepemimpinan
Judul : Motivasi dan Kepemimpinan
website : syarifhidayat.blogspot.com
No comments:
Post a Comment