2.1
Teori Penaksiran
Metode estimasi atau penaksiran ini didasarkan pada
asumsi bahwa distribusi probabilitas normal dapat digunakan, dengan ketentuan:
n ³
30 atau n < 30 dengan syarat distribusi populasi adalah normal dan simpangan baku dari populasi (s) diketahui. Secara umum
pengertian estimasi ini adalah merupakan pengukuran terhadap nilai parameternya
(populasi) dari data sampel yang diketahui. Ada beberapa model penaksiran yang biasa dilakukan
terhadap parameter populasinya, antara lain adalah : Penaksiran rata-rata, penaksiran proporsi, penaksiran selisih rata-rata
dan penaksiran selisih proporsi.
2.1.1 Penaksiran Rata-Rata
Penaksiran rata-rata dari suatu sampel adalah untuk
menentukan interval nilai rata-rata sampel yang dapat memuat parameter
rata-rata populasi, jika dipakai distribusi probabilitas normal. Misalkan
kita punya populasi berukuran N dengan rata-rata m
dan simpangan baku s. Dari populasi ini parameter
rata-rata m akan ditaksir. Untuk itu diambil
sebuah sampel acak berukuran n, lalu dihitung nilai statistik yang perlu, yaitu
dan s. Dari
bisa ditaksir
rata-rata m.
Untuk sampel besar :
± Z. σ
atau
± Z. S
Untuk sampel kecil (n≤30) :
± t. σ
atau
± t. S
Contoh Soal :
Nilai rata-rata mahasiswa pada mata kuliah Statistika
mencapai 75 dan simpangan baku 25. Telah diambil sampel sebanyak 36 mahasiswa.
Dengan tingkat keyakinan sebesar 95% , buatlah perkiraan interval nilai
rata-rata mahasiswa untuk mata kuliah statistik ?
Jawab
:
Diket
: X = 75 σ
= 25 n
= 36
Confidence
interval = 95% à 95%/2 = 0,475 à
1,96
X - Z σ / √n < μ < X + Z σ / √n
75 – 1,96 x 25 / √36 < μ < 75 + 1,96 x 25 /
√36
75 – 8,17 < μ < 75 + 8,17
66,83 < μ < 83,17
Interval
nilai rata-rata mahasiswa untuk mata kuliah statistik adalah antara 66,83
sampai 83,17.
2.1.2 Penaksiran Proporsi
Penaksiran proporsi dari suatu sampel, adalah untuk
menentukan interval nilai proporsi sampel yang dapat memuat parameter proporsi
populasi, jika dipakai distribusi probabilitas normal, konfidensi interval
untuk rata-rata ditentukan dengan:
Nilai estimasi proporsi pada interval :
Contoh Soal :
Seorang pemilik toko alat-alat
sekolah ingin mengetahui merk buku tulis yang digunakan oleh pelajar di kota
“X”. Untuk mencari data tersebut maka digunakan sampel sebanyak 150 pelajar dan
diketahui sebanyak 70 % pelajar menggunakan buku tulis merk “BD”. Jika interval
keyakinan yang digunakan sebesar 95%, tentukan proporsi pelajar di kota “X”
yang menggunakan buku tulis merk “BD” yang sebenarnya.
Jawab : Karena yang diketahui
adalah prosentasenya dan tidak diketahui jumlah populasi pelajar di kota “X”
maka termasuk dalam penaksiran proporsi dengan pop[ulasi tidak terbatas, yaitu
menggunakan rumus :
Jadi proporsi pelajar di kota
“X” yang menggunakan buku merk “BD” paling sedikit 62,7 % dan paling banyak
77,3 %.
2.1.3 Penaksiran Selisih Rata-Rata
Penaksiran selisih rata-rata dari suatu sampel, adalah
untuk menentukan interval nilai selisih rata-rata sampel yang dapat memuat
selisih rata-rata parameter populasi, jika dipakai distribusi probabilitas
normal, konfidensi interval untuk rata-rata ditentukan dengan:
Apabila deviasi standar kedua populasi tidak diketahui, maka:
Jika jumlah sampel lebih keci
dari (n < 30) , maka digunakan
distribusi tstudent dengan df = n1+ n2 – 2 , dengan demikian interval penaksirannya adalah:
Contoh Soal :
Untuk membangun tata kelola perusahaan yang baik
(corporate governance) dibutuhkan sarana IT yang baik, sehingga dapat
mencerminkan kinerja keuangan yang baik. Untuk itu diambil 2 perusahaan yang
akan dijadikan sampel yaitu PT ABC dan PT XYZ. Pengamatan selama 30 hari,
perdagangan saham PT ABC menunjukkan harga saham rata-rata 600 per lembar
dengan standar deviasi 85. Sedangkan pengamatan PT XYZ selama 50 hari, menunjukkan harga saham
rata-rata 400 per lembar dengan standar deviasi 65. Jika investor ingin mengetahui interval
keyakinan 95% tentang perbedaan saham ABC dan XYZ.
Jawab :
Diket :
x1
= 600 x2 = 400 Confidence interval : 95% à
95%/2 = 0,475 = 1,96
σ1 = 85 σ2
= 65
n1 =
30 n2 =
50
= √(852/30) + (652/50) =
325,33
(X1 –
X2) – Zα/2. σ (X1 –X2) <
(μ1 –μ2)
< (X1 – X2) + Zα/2. σ (X1 –
X2)
(600 – 400) – (1,96 x 325,33) < (μ1 –μ2) <
(600 – 400) + (1,96 x 325,33)
200 – 637,65 <
(μ1 –μ2)
< 200 + 637,65
437,65 < (μ1
–μ2) < 837,65
Interval perbedaan rata-rata untuk saham A dan B adalah berkisar antara 437,65 dan 837,65.
2.1.4 Penaksiran Selisih Proporsi
Penaksiran selisih Proporsi dari suatu sampel,
adalah untuk menentukan interval nilai selisih proporsi sampel yang dapat
memuat selisih proporsi populasinya, jika dipakai distribusi probabilitas
normal, konfidensi interval untuk selisih proporsi ditentukan dengan:
Contoh Soal :
Pengamatan selama 3 bulan terakhir menunjukkan bahwa
seorang Investor memegang saham kelompok perdagangan dengan probabilitas harga
saham meningkat sebesar 76%. Seorang investor pada saat ini juga ada yang
memegang saham kelompok aneka industri yang terdiri atas industri mesin dan
alat berat, otomotif, tekstil dan garmen dan 55% probabilitas harga saham kelompok
ini meningkat. Apabila investor memiliki 300 lot untuk saham perdagangan dan
100 lot untuk saham aneka industri, dengan interval keyakinan 98%, tentukan
beda persentase harga saham kelompok perdagangan dan harga saham kelompok aneka
industri ?
Jawab :
Perdagangan ; n1 = 300 , p1 = 0,76 CI = 98% à 98%/2 = 0,49 = 2,33
Aneka industri ; n2 = 100 , p2 =
0,55
Beda proporsi atau selisih proporsi = p1 – p2
= 0,1
Standar deviasi dari selisih proporsi adalah :
= √ (0,76 (1-0,76) / 300) + (0,55 (1-0,55) / 100)
= 0,000608 + 0,002475 = 0,055
(p1 – p2) – Zα/2. σ (p1 – p2) <
(P1 – P2)
< (p1 – p2) + Zα/2. σ (p1 –
p2)
(0,76
– 0,55) – (2,33 x 0,055) <
(P1 – P2)
< (0,76 – 0,55) +
(2,33 x 0,055)
0,21 –
0,12815 < (P1 – P2) <
0,21 + 0,12815
0,08185 <
(P1 – P2)
< 0,33815
Beda persentase harga saham kelompok perdagangan dan
harga saham kelompok aneka industri berkisar antara 0,08185 (8,185%) dan
0,33815 (33,815%)
2.2
Pengujian Hipotesis
Sebuah hipotesis adalah pernyataan tentang populasi yang
kemudian akan dibuktikan oleh data. Dalam statistika kita juga menggunakan
suatu penduga terhadap populasi dan kemudian kita perlu membuktikan
kebenarannya. Jadi hipotesis adalah sebuah pernyataan tentang parameter
populasi yang perlu dibuktikan kebenannya.
Dalam pengujian hipotesis, sebelum mengadakan pengujian hipotesis kita harus
memahami dahulu asumsi yang diperlukan dalam pengujian hipotesis. Asumsi ini
penting sebab dalam pengujian hipotesis, perbedaan asumsi akan membedakan alat
uji yang digunakan.
Contoh dalam hipotesis tentang mean adalah uji Z yang dihitung dengan rumus:
2.2.1 Menguji Rata-Rata
Contoh Soal :
Apabila diambil sampel sebanyak 30 perusahaan ditemukan bahwa
= 0,47 maka hipotesisnya adalah :
Ho: µA = 0,46. Ho: µA
0,46.
Maka nilai Z =
=
=
= 1,095
Apabila
dengan tingkat kepercayaan 95% maka nilai kritis Z dengan uji 2 arah, setengah dari a 0,05 adalah
0,025, sehingga luas kurva adalah 0,475 dengan mencari pada nilai tabel
Z didapatkan nilai Z tabel +1,96 sehingga bentuk kurvanya
adalah:
Titik Kritis Pengujian Dua Arah
Nilai Z hitung tersebut akan terletak pada daerah
penerimaan Ho. Dari sini kita bisa menyimpulkan bahwa kita tidak membuktikan
bahwa Ho benar tetapi kita telah gagal untuk menyangkal Ho, yang berarti kesimpulannya
rata-rata return on investment
perusahaan di Indonesia adalah 0,46.
Apabila
kita ingin menguji satu arah maka nilai Z hitung akan berubah
menjadi 0,5 – 0,05 = 0,45 sehingga titik kritisnya adalah 1,65. Dalam bentuk
kurva nilai pengujian satu arah adalah sebagai berikut:
Titik Kritis Pengujian Satu Arah
Dengan menggunakan uji satu
arah bisa dilihat bahwa nilai Z hitung tetap berada pada daerah
penolakan H0 sehingga kita bisa menyimpulkan bahwa rata-rata return on
investment perusahaan di Indonesia adalah
0,46.
2.2.2 Menguji Perbandingan
Contoh Soal :
Suatu survei tentang merek
kacang garing yang dibeli oleh konsumen menyatakan bahwa proporsi kacang garing
merek A dikonsumsi 60% konsumen yang menjadi responden. Dengan menggunakan uji
hipotesis proporsi, nilailah peluang bahwa kacang merek A dipilih oleh para
konsumen jika dari hasil penelitian selanjutnya yang dilakukan terhadap 1000
orang, sebanyak 500 orang menyatakan memilih merek A, ujilah apakah perbedaan
hasil penelitian tersebut sesuai dengan survei sebelumnya?
Jawab :
Untuk menguji hipotesis di atas kita menggunakan uji proporsi dengan tahap-tahap sebagai
berikut:
a)
Menentukan hipotesis null dan hipotesis alternatif.
Ho : p ³ 0,6 H1 : p < 0,6
b)
Menentukan tingkat kepercayaan. Untuk tingkat kepercayaan dipilih 95%.
c)
Menetukan uji statistiknya. Uji statistiknya adalah :
d)
Menentukan titik kritis penolakan atau penerimaan hipotesis. Dari level
kepercayaan 95 % kita dapat melihat bahwa nilai Z adalah 0,5 – 0,05 = 0,45.
Nilai Z kita cari pada tabel Z dengan uji satu arah didapat nilai Z adalah
1,65. Aturan keputusan dapat kita gambarkan sebagai berikut.
Grafik pengujian hipotesis dengan taraf kepercayaan 95%
e)
Untuk menentukan apakah kita menolak H0 atau tidak menolak H0
kita menghitung nilai Z hitung
Dari hasil penghitungan tersebut terlihat bahwa nilai z hitung
sebesar -1,29 terletak pada daerah penerimaan H0. Dengan demikian
perbedaan sebesar 2 % dari penjualan yang menyatakan bahwa pangsa pasar kadang
merek A adalah 60 % adalah hasil dari variasi fungsinya, dalam arti pangsa
pasar kacang garing merek A adalah 60%. Kita bisa juga menghitung nilai p
dengan cara mencari luas area nilai Z yang sebesar -1,29 yaitu sebesar 0,04015.
Sehingga nilai p adalah 0,05 – 0,4015 = 0,09. Karena nilai p lebih besar dari pada level
kepercayaan 95% (α = 5%) maka kita tidak menolak H0.
2.2.3 Menguji Perbedaan Rata-Rata
Contoh Soal :
Kita ingin membandingkan rata-rata kandungan lemak pada
produk susu yang diharuskan minimum
sebesar 5 gram per sachet. Suatu survei untuk membandingkan kandungan
lemak susu antara dua perusahaan dengan memilih sampel sebanyak 100 sachet
produk A dan 100 sachet produk B. Berdasarkan hasil survei ditemukan
rata-rata kandungan lemak produk A adalah 5,12 kg sedangkan produk B adalah
5,13 kg dengan deviasi standar produk A adalah 0,05 dan produk B adalah 0,06.
Ujilah apakah kandungan lemak susu per sachet kedua produk tersebut sama
atau berbeda.
Jawab :
Untuk menjawab pertanyaan tersebut kita menggunakan uji Z
tentang perbedaan mean atau rata-rata.
Langkah-langkah pengujiannya adalah sebagai berikut:
a)
Menyatakan hipotesis null dan hipotesis alternatif. Hipotesis null
dan alternatifnya dinyatakan sebagai berikut:
Ho: µA = µB Ho: µA
µB
b)
Menentukan level signifikansi. Untuk level signifikansi dipilih tingkat
kepercayaan 95%.
c)
Menentukan uji statistik yang digunakan. Untuk menguji hipotesis tersebut
kita menghitung nilai Z
c)Z =
=
c) =
=
c) = 1,28
d)
Memformulasi Keputusan.
d)Dengan memilih level signifikansi 95% uji dua arah kita mendapatkan nilai Z tabel sebesar 1,96.
Dengan membandingkan nilai z hitung dengan z tabel di
mana z hitung lebih kecil dari pada Z tabel maka dapat kita simpulkan bahwa z hitung
terletak pada daerah penerimaan H0, sehingga bisa disimpulkan bahwa
rata-rata kandungan susu kedua produk adalah sama. Selengkapnya dapat kita
gambarkan sebagai berikut:
Nilai P Dalam Pengujian
Hipotesis
Kita juga bisa menghitung nilai P untuk mengambil
keputusan. Pada contoh tersebut terlihat bahwa luas area 1,28 adalah 0,3849.
Jadi luas area di sebelah kanan 1,2 adalah 0,5 – 0,3849 = 0,1003. Dengan uji
dua arah maka nilai P adalah 2 x 0,1151 = 0,20026 Karena nilai P lebih besar
dari 0,05 maka kita tidak menolak Ho.
2.2.4 Menguji Perbedaan Perbandingan
Contoh Soal :
Suatu survei tentang majalah mengungkapkan bahwa majalah
“Ekonomia” dibaca oleh pembaca 45% dari seluruh pembaca laki-laki, dan 46%
pembaca perempuan dari seluruh pembaca perempuan. Manajer pemasaran majalah
ingin membuktikan kebenaran survei tersebut dengan mengadakan penelitian
terhadap pembaca di suatu kota. Jumlah responden laki-laki dipilih 150 orang
dan yang membaca majalah sebanyak 69 orang
mengaku membaca majalah “Ekonomia”, sedangkan dari 200 orang responden
perempuan yang membaca majalah “Ekonomia” adalah 95 orang. Dengan menggunakan
uji hipotesis proporsi ujilah apakah proporsi pembaca majalah tersebut sama?
Jawab:
Untuk menjawab hal tersebut kita menggunakan tahap-tahap sebagai
berikut:
a)
Tahap 1. Menyatakan hipotesis null dan alternatif
H0 : P1 = P2
: p1= p2 H1 : P1 ¹ P2 : p1 ¹ p2
b)
Memilih tingkat signifikansi. Level yang dipilih adalah 95%.
c)
Menghitung uji statistik. Karena sampel yang digunakan cukup besar maka uji
statistik yang digunakan adalah uji Z di mana distribusi mendekati standar
normal.
di
mana
P1
: proporsi populasi pembaca laki-laki
P2 : proporsi
populasi pembaca perempuan
n1 : jumlah
sampel laki-laki
n2 : jumlah
sampel perempuan
Pc : rata-rata
tertimbang dari dua proporsi sampel yang dihitung dengan
di
mana:
x1 : jumlah
sampel laki-laki yang membaca majalah ekonomi
x2 : jumlah
sampel perempuan yang membaca majalah ekonomi
d)
Membuat aturan keputusan
Karena dari hipotesis tersebut
tidak menyatakan suatu petunjuk seperti lebih besar atau lebih kecil, maka kita
menggunakan uji dua arah. Titik kritis dengan level kepercayaan 95% adalah
1,96, sehingga jika nilai Z hitung berada pada ±1,96 kita tidak menolak hipotesis null.
Daerah Penerimaan & Penolakan H0
e)
Pengambilan keputusan
X1 : 69 p1 :
= 0,46 N1 : 150
X2 : 95 P2
:
= 0.475 N2
: 200
Pc=
=
= 0,47
Jadi
Z
Berdasar hasil penghitungan nilai z hitung
terlihat bahwa nilai z hitung berada pada daerah penerimaan H0
sehingga kita dapat membuat keputusan untuk menerima hipotesis null.
2.3
Uji Chi Kuadrat
Beberapa manfaat dari
distribusi chi-kuadrat, yaitu antara lain :
1.
Untuk menguji apakah
frekuensi yang diamati berbeda secara signifikan dengan frekuensi teoritis atau
frekuensi yang diharapkan.
2.
Untuk menguji kebebasan
(independensi antar faktor dari data dalam daftar kontingensi
3.
Untuk menguji apakah data
sampel mempunyai distribusi yang mendekati distribusi teoritis tertentu atau
distribusi hipotesis tertentu (distribusi populasi), seperti distribusi
binomial, distribusi poisson, dan distribusi normal.
2.3.1 Menaksir Simpangan Baku
di mana µ = koefien kepercayaan sedangkan
dan
didapat dari
daftar distribusi chi kuadrat dengan dengan d.k. = ( n – 1 ) dan p masing – masing sama dengan ½ ( 1 - µ ) dan ½ ( 1 + q ).
Contoh Soal :
Sebuah akhli ekonomi meneliti sebuah sampel yang terdiri
atas 20 buah pasar di suatu daerah untuk menentukan berapa besar variasi yang
mungkin ada mengenai harga keratan diging sapi. Untuk keratan diging yang sama
ia memperoleh 20 buah harga dengan rata-rata Rp. 95,00 dan simpangan baku Rp.
3,00. tentukanlah batas – batas variasi harga dengan koefisien kepercayaan
0,95.
Penyelesaian :
Yang ditanyakan tidak lain daripada batas – batas nilai s untuk s = 3, n = 20 dan µ = 0, 95. Kita misalkan populasi berdistribusi normal.
Jika harga – harga ini disubstitusikan ke dalam Rumus XVII (3) untuk x2
0,975 = 8,90655 dan x2
0,975 = 32,8523 ( masing –
masing dengan d.k. = 19 ), maka diperoleh :
atau 2,28 < s < 4,38
dari jawaban batas – batas untuk s terlihat bahwa titik taksiran untuk s , ialah 3, tidak terletak di tengah – tengah interval
sebagaimana mungkin diharapkan. Ini
berlainan dengan keadaan mengenal interval taksiran untuk rata – rata m di mana harga
ada di tengah –
tengah interval.
2.3.2 Menguji Simpangan Baku
Sebagai penggunaan lain daripada distribusi x2
ialah untuk menguji mengenai pernyataan
tentang simpangan baku s .
Contoh Soal :
Dari masa lampau yang cukup meyakinkan, simpangan baku
untuk isi limun dalam botol yang pengisiannya, dilakukan oleh mesin telah
berjalan tidak sebagaimana mestinya, oleh karena variasi isi botol diduga telah
menjadi besar . Untuk menentukan apakah perlu atau tidak melekukan pencekan
terhadap mesin, diteliti sebanyak 20 buah botol yang telah diisi dan dihitung
nilai simpangan bakunya. Ternyata dari yang 20 ini diperoleh s = 0,32 cc.
Tentukan, apakah perlu atau tidak mesin itu dicek dengan menggunakan taraf nyata µ = 0,05.
Penyelesaian :
Dalam soal ini, maka untuk hipotesis diambil s = 0,25 cc, oleh karena nilai ini merupakan nilai variasi
isi yang cukup meyakinkan. Jadi dapat dianggap sebagai nilai untuk populasi.
Sehingga perumusannya :
H : s = 0,25cc; berarti hasil penelitian terhadap 20 botol itu
merupakan hasil yang masih memperlihatkan variasi isi seperti yang sudah –
sudah.
A : s > 0,25cc; berarti variasi isi telah bertambah.
Jika populasi berdistribusi normal, maka nilai w untuk
penelitian ini adalah :
kriteria ditentukan oleh :
a)
distribusi x2
dengan d.k. = 19
b)
taraf nyata µ = 0,05.
c)
Uji pihak kanan.
Yang menghasilkan daerah kritis di kanan x2 =
30,1435. Jadi hipotesis H di tolak jika w > 30,1435 dan diterima jika x £ 30,1435.
Nilai w dari
penelitian ( yang = 31,1296 ) ada pada daerah kritis. Jadi H ditolak.
Kesimpulan : hasil penelitian ini mengusulkan untuk
mengadakan pengecekan terhadap mesin pengisi itu.
yang ternyata mendekati sekali kepada distrisbusi normal
standar ( jadi distribusi normal dengan m = 0 dan s = 1 ).
Misalnya, katakanlah untuk soal variasi isi dalam contoh
di atas telah diteliti 105 buah botol, dan bukan hanya 20 buah botol. Untuk
penelitian berdasarkan n = 105 ini diperoleh harga w sebesar :
Sehingga
daerah kritisnya diperoleh dari normal standar dan berada
di sebelah kanan z = 1,64. Jelaslah bahwa nilai z = 4,07 ini ada pada daerah
penolakan H.
Jadi pengujian itu signifikan atau nyata.
2.3.3 Uji Chi Kuadrat untuk Data Multinomial
Contoh Soal :
Peluang tampaknya salah satu permukaan dadu homogen
masing-masing 1/6. Sebuah eksperimen telah dilakukan sebanyak 120 kali dengan
sebuah dadu dan menghasilkan 16 muka mata satu, 24 muka dua, 23 muka tiga, 15
muka empat, 17 muka lima dan 25 muka enam. Akan diuji apakah dadu tersebut
homogen atau tidak?
Jawab:
a) H0 : p1 = p2,
....., p6 = 1/6 H1
pio
Jika H0 benar, yakni apabila dadu itu homogen,
diharapkan akan didapat:
A1 (muka mata satu) = 120 x 1/6 = 20
A2 (muka mata dua) = 120 x 1/6 = 20
...................
A6 (muka mata enam) = 120 x 1/6 = 20
b) X2 =
=
= 5,00
c) X2=
0,05
d) X2 tabel
= 1 – 0,05 = X20,95
dk = (k – 1) = 6 – 1 = 5
X20,95 dan dk = 5 dari tabel
diperoleh = 11,1
e) Kriteria
pengujian: terima H0 jika 5,00
< 11,1
f) Kesimpulan: H0
diterima, dadu itu dibuat dari bahan yang homogen
2.3.4 Uji Independen Antara Dua Faktor
Banyak data hasil pengamatan yang dapat digolongkan ke
dalam beberapa faktor dengan tiap faktor terdiri atas beberapa klasifikasi.
Akan dipelajari apakah terdapat hubungan atau kaitan atau tidak diantara
faktor-faktor itu. Jika tidak terdapat hubungan dikatakan faktor-faktor tersebut bersifat independen.
Contoh Soal :
Diketahui data berikut:
Wanita yang hobi majalah ilmiah = 47 orang dan majalah
hiburan = 62 orang.
Pria yang hobi majalah ilmiah = 58 orang dan majalah
hiburan = 39 orang.
Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara variabel
jenis kelamin dengan variabel hobi?
Jawab:
a)
H0 : X= 0 tidak terdapat hubungan yang signifikan antara
kedua variabel tersebut
H1 : X≠
0 terdapat hubungan yang signifikan
antara kedua variabel tersebut
b)
|
majalah ilmiah
|
majalah hiburan
|
jumlah
|
Wanita
|
55,56
|
53,44
|
109
|
Pria
|
49,44
|
47,56
|
97
|
Jumlah
|
105
|
101
|
206
|
E11 =
= 55,56 E21
=
= 53,44
E12 =
= 49,44 E22
=
= 47,56
X2 hitung =
= 1,32 + 1,37 + 1,48 + 1,54 = 5,71
c)
Taraf signifikansi, a = 0,05
d)
X2 = 1 - a = 1 – 0,05 = X2 0,95 dan
dk = (2 – 1) (2 – 1) = 1
dengan menggunakan X2 0,95 dan dk =
1 didapat nilai X2 0,95 tabel = 3,84
ternyata 5,71 > 3,84, atau X2 hitung ≤ X2
tabel sehingga H0 ditolak
e)
Kesimpulan: tidak terdapat hubungan yang signifikan
antara jenis kelamin dengan hobi.
2.3.5 Koefisien Kontingensi
Kuatnya hubungan antara faktor yang satu dengan faktor
yang lain dinyatakan dengan besarnya koefisien kontingensi, C.
Contoh Soal :
X2 = 5,71 dan n = 206, didapat:
C =
=
= 0,164
m = dipilih nilai minimum antara banyak kolom dengan banyak
baris
|
Cmaks
=
Dari daftar kontingensi di atas yang terdiri dari 2 baris
dan 2 kolom, jadi minimumnya 2
Cmaks
=
= 0,717
Semakin dekat harga C pada Cmaks makin besar
derajat asosiasi antar faktor, atau makin berkaitan antara satu faktor dengan
faktor yang lain.
2.4 Analisis Regresi
Analisis
regresi merupakan salah satu analisis yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh
suatu variabel terhadap variabel lain. Dalam analisis regresi, variabel yang
mempengaruhi disebut Independent Variable (variabel bebas) dan variabel yang
dipengaruhi disebut Dependent Variable (variabel terikat). Jika dalam persamaan
regresi hanya terdapat satu variabel bebas dan satu variabel terikat, maka
disebut sebagai persamaan regresi sederhana, sedangkan jika variabel bebasnya
lebih dari satu, maka disebut sebagai persamaan regresi berganda.
2.4.1
Analisis Regresi Linier Sederhana
Model populasi regresi linier
sederhana dinyatakan dalam persamaan: Persamaan model regresi linier sederhana
Model
populasi linier ini diduga dengan metode kuadrat terkecil (Least Square
Method). Prinsip metode ini adalah meminimumkan selisih kuadrat antara Y
observasi dengan Y taksiran. Untuk model sampel regresi linier sederhana
adalah:
Persamaan model sampel regresi linier sederhana
Dalam
hal ini:
Y=variabel tak bebas
X=variabel bebas
a=penduga bagi intersep (α)
b=penduga bagi koefisien regresi
Y=variabel tak bebas
X=variabel bebas
a=penduga bagi intersep (α)
b=penduga bagi koefisien regresi
Rumus Untuk Mendapatkan Nilai a dan b Dalam
Regresi Linier Sederhana
Contoh Soal :
Dari hasil pencatatan antara
biaya iklan dan volume penjualan sebuah perusahaan jasa eceran produk
Komputer, diperoleh informasi sebagai berikut:
Tentukan Persamaan Regresi
Linier Sederhana dari data di atas, dan jika biaya iklan dinaikan sampai Rp12
juta. Berapa volume penjualan yang diperoleh perusahaan tersebut?
Penyelesaian Kasus:
Dengan menggunakan rumus metode
kuadrat terkecil diperoleh:
Maka persamaan regresi linier
sederhana adalah:
Jika biaya iklan dinaikan Rp 12
Juta, maka :
Y = 9,1426+0,6429(12)
Y = 16,8574
2.5
Analisis Korelasi
Analisis
Korelasi merupakan suatu analisis untuk mengetahui tingkat keeratan hubungan
antara dua variabel. Tingkat hubungan tersebut dapat dibagi menjadi tiga
kriteria, yaitu mempunyai hubungan positif, mempunyai hubungan negatif dan tidak
mempunyai hubungan.
Analisis
Korelasi (r) : digunakan untuk mengukur tinggi redahnya derajat hubungan antar
variabel yang diteliti. Tinggi rendahnya derajat keeratan tersebut dapat
dilihat dari koefisien korelasinya. Koefisien korelasi yang mendekati angka + 1
berarti terjadi hubungan positif yang erat, bila mendekati angka – 1 berarti
terjadi hubungan negatif yang erat. Sedangkan koefisien korelasi mendekati
angka 0 (nol) berarti hubungan kedua variabel adalah lemah atau tidak erat.
Dengan demikian nilai koefisien korelasi adalah – 1 ≤ r ≤ + 1. Untuk koefisien
korelasi sama dengan – 1 atau + 1 berarti hubungan kedua variabel adalah sangat
erat atau sangat sempurna dan hal ini sangat jarang terjadi dalam data riil.
Untuk mencari nilai koefisen korelasi (r) dapat digunakan rumus sebagai berikut
:
√[(N . ΣX2) – (ΣX)2]
. [(N . ΣY2) – (ΣY)2]
Contoh Soal :
Sampel yang diambil secara acak dari 5 mahasiswa, didapat data nilai Statistik dan Matematika sebagai berikut :
Contoh Soal :
Sampel yang diambil secara acak dari 5 mahasiswa, didapat data nilai Statistik dan Matematika sebagai berikut :
Sampel
|
X (statistik)
|
Y (matematika)
|
XY
|
X2
|
Y2
|
1
|
2
|
3
|
6
|
4
|
9
|
2
|
5
|
4
|
20
|
25
|
16
|
3
|
3
|
4
|
12
|
9
|
16
|
4
|
7
|
8
|
56
|
49
|
64
|
5
|
8
|
9
|
72
|
64
|
81
|
Jumlah
|
25
|
28
|
166
|
151
|
186
|
r = (5 . 166) – (25 . 28)
√[(5 . 151) – (25)2] . [(5 .
186) – (28)2]
r
= 0,94
Nilai koefisien
korelasi sebesar 0,94 atau 94 % menggambarkan bahwa antara nilai statistik dan
matematika mempunyai hubungan positif dan hubungannya erat, yaitu jika
mahasiswa mempunyai nilai statistiknya baik maka nilai matematikanya juga akan
baik dan sebaliknya jika nilai statistik buruk maka nilai matematikanya juga
buruk.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Statistik adalah kumpulan angka-angka baik
disajikan dalam bentuk tabel maupun grafik yang menggambarkan suatu masalah
tertentu. Statistik merupakan ukuran yang dihitung dari data sampel. Sedangkan
statistika adalah ilmu yang mempelajari bagaimana merencanakan, mengumpulkan,
menganalisis, menginterpretasi, dan mempresentasikan data. Singkatnya, statistika adalah ilmu yang berkenaan
dengan data.
Statistika banyak diterapkan dalam berbagai
disiplin ilmu, baik ilmu-ilmu alam (misalnya astronomi dan biologi maupun ilmu-ilmu sosial (termasuk sosiologi dan psikologi), maupun di bidang bisnis, ekonomi, dan industri. Statistika juga digunakan dalam pemerintahan untuk berbagai macam tujuan; sensus
penduduk
merupakan salah satu prosedur yang paling dikenal. Aplikasi statistika lainnya
yang sekarang popular adalah prosedur jajak pendapat atau polling (misalnya dilakukan sebelum
pemilihan umum), serta jajak cepat (perhitungan cepat hasil pemilu) atau quick count. Di bidang komputasi,
statistika dapat pula diterapkan dalam pengenalan pola maupun kecerdasan buatan.
Secara umum, statistik merupakan disiplin ilmu yang
mempelajari metode dan prosedur pengumpulan, penyajian, analisa, dan
penyimpulan suatu data mentah, agar menghasilkan informasi yang lebih jelas
untuk keperluan suatu pendekatan ilmiah (scientific inferences), dan dapat
dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu statistik deskriptif dan statistik
inferensial. Statistik
adalah pengetahuan yang berhubungan dengan cara - cara pengumpulan fakta,
pengolahan serta penganalisaannya, pernarikan kesimpulan serta pembuatan
keputusan yang cukup beralasan berdasarkan fakta dan penganalisaan yang
dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Sudjana. 2001. Statistika untuk
Ekonomi dan Niaga Jilid 1. Bandung : Tarsito.
Sudjana. 2001. Statistika untuk
Ekonomi dan Niaga Jilid 2. Bandung : Tarsito.
Darmanto. Uji Hipotesis. http://statistikanyadarmanto.lecture.ub.ac.id/12/06/uji hipotesis/. 16
November 2012.
http://pksm.mercubuana.ac.id. 16 November 2012
http://miastoria-miastoria.blogspot.com. 16 November 2012
http://lecturer.eepis-its.edu. 16 November 2012
judul : makalah statistik bisnis syari'ah II
judul : makalah statistik bisnis syari'ah II
judul : makalah statistik bisnis syari'ah II
No comments:
Post a Comment