Sunday, April 21, 2013

Motivasi dan Kepemimpinan



2.1      Motivasi Sumber Daya Manusia
2.1.1   Definisi Motivasi
Motivasi berasal dari kata movere yang berarti mendorong atau menggerakkan. Motivasi adalah proses mempengaruhi atau mendorong dari luar terhadap seseorang atau kelompok kerja agar mereka mau melaksanakan sesuatu yang telah ditetapkan.
Perilaku manusia ditimbulkan atau dimulai dengan adanya motivasi. Motivasi adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan. Motivasi yang ada pada seseorang akan mewujudkan suatu perilaku yang diarahkan pada tujuan mencapai sasaran kepuasan. Jadi, motivasi bukanlah sesuatu yang dapat diamati, tetapi adalah hal yang dapat disimpulkan adanya karena sesuatu perilaku yang tampak. Tiap kegiatan yang dilakukan oleh seseorang didorong oleh sesuatu kekuatan dari dalam diri orang tersebut. Kekuatan pendorong inilah yang disebut motivasi.
Motivasi merupakan masalah kompleks dalam organisasi, karena kebutuhan dan keinginan setiap anggota organisasi berbeda. Manajer organisasi perusahaan penting untuk mengetahui apa yang menjadi motivasi para karyawan atau bawahannya, sebab faktor ini akan menentukan jalannya organisasi dalam pencapaian tujuan.
Motivasi bisa ditimbulkan oleh faktor internal atau eksternal tergantung darimana suatu kegiatan dimulai. Motivasi internal berasal dari diri pribadi seseorang dan akan dijelaskan oleh hirarki kebutuhan Maslow dan motif berprestasi Mc Celland. Sedangkan motivasi eksternal sebenarnya dibangun di atas motivasi internal dan adanya dalam organisasi sangat tergantung pada anggapan-anggapan dan teknik-teknik yang dipakai oleh pimpinan organisasi atau para manajer dalam memotivasi bawahannya.
·      Motivasi Internal
Kebutuhan dan keinginan yang ada dalam diri seseorang akan menimbulkan motivasi internalnya. Kekuatan ini akan memperngaruhi pikirannya, yang selanjutnya akan mengarahkan perilaku orang tersebut.
Penggolongan motivasi internal yang diterima secara umum belum mendapat kesepakatan para ahli. Namun demikian, psikolog-psikolog menyetujui bahwa motivasi dapat dikelompokkan ke dalam 2 kelompok, yaitu :
a)      Motivasi fisiologis, yang merupakan motivasi alamiah (biologis) seperti lapar dan haus.
b)      Motivasi psikologis, yang dapat dikelompokkan ke dalam 3 kategori dasar, yaitu :
o  Motivasi kasih sayang (affectional motivation), yaitu motivasi untuk menciptakan dan memelihara kehangatan, keharmonisan dan kepuasan batiniah (emosional) dalam berhubungan dengan orang lain.
o  Motivasi mempertahnakan diri (ego-defensive motivation), yaitu motivasi untuk melindungi kepribadian, menghindari luka fisik dan psikologis, menghindari untuk tidak ditertawakan dan kehilangan muka, mempertahankan prestise dan mandapatkan kebanggaan diri.
o  Motivasi memperkuat diri (ego-bolstering motivation), yaitu motivasi untuk mengembangkan kepribadian, berprestasi, menaikkan prestasi dan mendapatkan pengakuan orang lain, memuaskan diri dengan penguasaannya terhadapa orang lain.
·      Motivasi Eksternal 
Teori motivasi eksternal tidak mengabaikan teori motivasi internal, tetapi justru mengembangkannya. Teori motivasi eksternal menjelaskan kekuatan-kekuatan yang ada di dalam individu yang dipengaruhi faktor-faktor intern yang dikendalikan oleh manajer, yaitu meliputi suasana kerja seperti gaji, kondisi kerja, kebijaksanaan perusahaan dan hubungan kerja, seperti penghargaan, kenaikan pangkat dan tanggung jawab.
Manajer perlu mengenal motivasi eksternal untuk mendapatkan tanggapan positif dari karyawannya. Seorang manajer dapat mempergunakan motivasi eksternal yang positif ataupun negatif. Motivasi positif memberikan penghargaan untuk pelaksanaan kerja yang baik. Motivasi negatif memperlakukan hukuman bila pelaksanaan kerja jelek.



2.1.2   Motivasi dan Tindakan
Motivasi dan tindakan adanya hubungan keterkaitan, sebab motiv yang besar tidak efektif tanpa ada tindakan yang merupakan follow-up dari motif tersebut. Oleh karena itu perlu dipahami terlebih dahulu apa sebenarnya tindakan itu. Tindakan apapun merupakan salah satu jenis perbuatan manusia. Akan tetapi, perbuatan tersebut mengandung maksud tertentu yang memang dikehendaki oleh orang yang melakukan kegiatan itu. Paling sedikit ada dua macam perbuatan, yaitu :
a)    Pemikiran (thinking), yaitu perbuatan rohani yang menghendaki bekerjanya daya pikir (otak) manusia.
b)    Tindakan (action), yaitu perbuatan jasmani yang amat membutuhkan gerak otot tubuh manusia.
Namun, sebenarnya tidak semua perbuatan didorong oleh motif. Perbuatan yang dilakukan dengan sadar memang memiliki motif, dan itulah tindakan. Perbuatan yang dilakukan dengan tidak sadar, tidak memiliki motif. Dalam hubungannya dengan motif, hal itu bukanlah suatu tindakan, tetapi suatu perbuatan tanpa motif. Dengan demikian, jelas bahwa tindakan yang dimaksud disini adalah perbuatan yang sadar tujuan. Hal yang perlu dimengerti adalah bahwa tidak selalu dapat diketahui dengan jelas apakah yang menjadi motif dari tindakan seseorang.



2.1.3   Teori Motivasi
Menurut Maslow, setiap individu memiliki kebutuhan-kebutuhan yang tersusun secara hierarki dari tingkat yang paling mendasar sampai pada tingkatan yang paling tinggi. Setiap kali kebutuhan pada tingkatan paling rendah telah terpenuhi maka akan muncul kebutuhan lain yang lebih tinggi. Pada tingkat yang paling bawah, dicantumkan berbagai kebutuhan dasar yang bersifat biologis. Pada tingkatan yang lebih tinggi dicantumkan berbagai kebutuhan yang bersifat sosial. Pada tingkatan yang paling tinggi dicantumkan kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri.
a)    Kebutuhan aktualisasi diri, seperti kesempatan dan kebebasan untuk merealisasikan cita-cita atau harapan individu, kebebasan untuk mengembangkan bakat atau talenta yang dimiliki.
b)   Kebutuhan untuk dihargai, seperti pemberian penghargaan mengakui hasil karya individu.
c)    Kebutuhan untuk dicintai dan disayangi, seperti interaksi dengan rekan kerja, kebebasan melakukan aktivitas sosial, dan kesempatan yang diberikan untuk menjalin hubungan yang akrab dengan orang lain.
d)   Kebutuhan akan rasa aman dan tentram, seperti dilingkungan kerja yang bebas dari segala bentuk ancaman, keamanan jabatan atau posisi, status kerja yang jelas, dan keamanan alat yang digunakan.
e)    Kebutuhan fisiologis dasar, seperti makanan, pakaian, perumahan, dan fasilitas-fasilitas dasar lainnya yang berguna untuk kelangsungan hidup pekerja.
2.1.4   Model Motivasi
a)   Model Tradisional
Dalam model ini aspek yang sangat penting dari pekerjaan para manajer adalah membuat para karyawan dapat menjalankan pekerjaan mereka yang membosankan dan berulang-ulang dengan cara yang paling efisien. Para manajer mendorong dan memotivasi tenaga kerja dengan cara memberikan imbalan berupa gaji atau upah yang makin meningkat. Artinya, apabila mereka rajin bekerja dan aktiv, upahnya akan dinaikan. Pandangan ini menganggap bahwa pada dasarnya para karyawan malas dan dapat didorong kembali hanya pada imbalan keuangan. Meskipun demikian, para manajer makin lama makin mengurangi jumlah imbalan tersebut.
b)   Model Hubungan Manusiawi (Human Relation Model)
Model ini lebih menekankan dan menganggap penting adanya faktor kontak sosial yang dialami para karyawan dalam bekerja dari pada faktor imbalan seperti yang dikemukakan oleh model tradisional. Pada model ini para manajer dapat memotivasi karyawan dengan cara memenuhi kebutuhan sosial mereka dan membuat mereka merasa penting dan berguna. Ini berarti kepuasan dalam bekerja karyawan harus ditingkatkan, antar lain dengan cara memberikan lebih banyak kebebasan pada karyawan untuk mengambil keputusan dalam menjalankan pekerjaan mereka. dalam hal ini dikembangkangnya kontak sosial atau hubungan kemanusiaan secara lebih baik merupakan faktor motivasi yang penting.
c)    Model Sumber Daya Manusia
Dalam model ini motivasi yang penting bagi karyawan adalah pengembangan tanggung jawab bersama untuk mencapai tujuan organisasi dengan cara setiap anggota atau karyawan menyumbangkan sesuatu kepada organisasi sesuai dengan kepentingan dan kemampuan masing-masing. Model ini timbul sebagai kritik terhadap model hubungan manusiawi. Motivasi karyawan tidak hanya pada upah atau kepuasan kerja, tetapi dari berbagai faktor.

2.1.5   Kebutuhan Karyawan
Setiap individu dalam perusahaan berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda-beda, maka akan sangat penting bagi perusahaan untuk mengetahui apa kebutuhan dan harapan karyawannya, apa bakat dan keterampilan yang dimilikinya serta bagaimana rencana karyawan tersebut pada masa mendatang. Jika perusahaan dapat mengetahui hal-hal tersebut, maka akan lebih mudah untuk menempatkan karyawan pada posisi yang paling tepat, sehingga karyawan akan semakin termotivasi. Tentu saja usaha-usaha memahami kebutuhan karyawan tersebut harus disertai dengan penyusunan kebijakan perusahaan dan prosedur kerja yang efektif. Untuk melakukan hal ini tentu bukan perkara yang gampang, tetapi memerlukan kerja keras dan perhatian yang sungguh-sungguh dari perusahaan.
Setiap karyawan memiliki kebutuhan untuk mengungkapkan diri, ingin diterima sebagai bagian dari anggota ‘keluarga’ perusahaan, ingin dipercaya dan didengar kata-katanya, dihargai manajemen, dan bangga terhadap pekerjaannya. Melalui komunikasi dua arah pihak manajemen dapat mengidentifikasi hal-hal tersebut dan menginformasikan tujuan-tujuan perusahaan, target market, dan rencana masa depan lalu mendorong karyawannya untuk memberikan feedback.

2.2      Kepemimpinan
2.2.1   Definisi Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah kemampuan meyakinkan dan menggerakan orang lain agar mau bekerja sama di bawah kepemimpinannya sebagai suatu tim untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Setiap pemimpin memiliki karakteristik tertentu yang timbul pada situasi yang berbeda.
Dalam suatu organisasi kepemimpinan merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi. Kepemimpinan merupakan titik sentral dan penentu kebijakan dari kegiatan yang akan dilaksanakan dalam organisasi. Kepemimpinan adalah aktivitas untuk mempengaruhi perilaku orang lain agar supaya mereka mau diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Kepemimpinan mengandung beberapa unsur pokok antara lain:
a)    Kepemimpinan melibatkan orang lain dan adanya situasi kelompok atau organisasi tempat pemimpin dan anggotanya berinteraksi.
b)   Didalam kepemimpinan terjadi pembagian kekuasaan dan proses mempengaruhi bawahan oleh pemimpin.
c)    Adanya tujuan bersama yang harus dicapai.
Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi perilaku seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu pada situasi tertentu.

2.2.2   Kekuasaan dan Wewenang
Menurut Mc. Clelland, kekuasaan merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia. Sedangkan wewenang adalah suatu kekuasaan atau hak pimpinan untuk bertindak dan memerintah orang lain atau bawahan.
Kekuasaan merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain untuk mencapai sesuatu dengan cara yang diinginkan. Studi tentang kekuasaan dan dampaknya merupakan hal yang penting dalam manajemen. Karena kekuasaan merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain, maka mungkin sekali setiap interaksi dan hubungan sosial dalam suatu organisasi melibatkan penggunaan kekuasaan. Cara pengendalian unit organisasi dan individu di dalamnya berkaitan dengan penggunaan kekuasaan.
Wewenang adalah hak untuk melakukan sesuatu atau memerintah orang lain untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu agar tercapai tujuan tertentu.Penggunaan wewenang secara bijaksana merupakan faktor kritis bagi efektevitas organisasi. peranan pokok wewenang dalam fungsi pengorganisasian, wewenang dan kekuasaan sebagai metoda formal, dimana manajer menggunakannya untuk mencapai tujuan individu maupun organisasi.Wewenang formal tersebut harus di dukung juga dengan dasar-dasar kekuasaan dan pengaruh informal. Manajer perlu menggunakan lebih dari wewenang resminya untuk mendapatkan kerjasama dengan bawahan mereka, selain juga tergantung pada kemampuan ilmu pengetahuan, pengalaman dan kepemimpinan mereka.
Kekuasaan amat erat hubungannya dengan wewenang. Tetapi kedua konsep ini harus dibedakan. Kekuasaan melibatkan kekuatan dan paksaan, wewenang merupakan bagian dari kekuasaan yang cakupannya lebih sempit. Wewenang tidak menimbulkan implikasi kekuatan, wewenang adalah kekuasaan formal yang dimiliki oleh seseorang karena posisi yang dipegang dalam organisasi. Jadi seorang bawahan harus mematuhi perintah manajernya karena posisi manajer tersebut telah memberikan wewenang untuk memerintah secara sah.

2.2.3   Kekuasaan Antarpribadi
a)   Kekuasaan Legitimasi
Kekuasaan Legitimasi adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain karena posisinya. Seorang yang tingkatannya lebih tinggi memiliki kekuasaan atas pihak yang kedudukannya lebih rendah. Dalam teori, orang yang mempunyai kedudukan sederajat dalam organisasi, misalnya sesama manajer, mempunyai kekuasaan legitimasi yang sederajat pula. Kesuksesan penggunaan kekuasaan legitimasi ini sangat dipengaruhi oleh bakat seseorang dalam mengembangkan seni aplikasi kekuasaan tersebut.
Selain seni pemegang kekuasaan, para bawahan memainkan peranan penting dalam pelaksanaan penggunaan legitimasi. Jika bawahan memandang penggunaan kekuasaan tersebut sah, artinya sesuai dengan hak-hak yang melekat, mereka akan patuh. Namun, jika dipandang penggunaan kekuasaan tersebut tidak sah, mereka mungkin sekali akan membangkang. Batas-batas kekuasaan ini akan sangat bergantung pada budaya, kebiasaan, dan sistem nilai yang berlaku dalam organisasi yang bersangkutan.
b)   Kekuasaan Imbalan
Kekuasaan imbalan didasarkan atas kemampuan seseorang untuk memberikan imbalan pada orang lain (pengikutnya) karena kepatuhan mereka. Kekuasaan imbalan digunakan untuk mendukung kekuasaan legitimasi. Jika seseorang memandang bahwa imbalan, baik imbalan ekstrinsik maupun intrinsik, yang ditawarkan seseorang atau organisasi yang mungkin sekali akan diterimanya, mereka akan tanggap terhadap perintah. Penggunaan kekuasaan imbalan ini amat erat sekali kaitannya dengan teknik memodifikasi perilaku dengan menggunakan imbalan sebagai faktor pengaruh.
c)    Kekuasaan Paksaan
Kekuasaan paksaan, yaitu kekuasaan untuk menghukum. Pemberian hukuman pada seseorang dimaksudkan juga untuk memodifikasi perilaku, maksudnya menghukum perilaku yang tidak baik atau merugikan organisasi dengan maksud agar berubah menjadi perilaku yang baik dan bermanfaat bagi organisasi. Para manajer menggunakan kekuasaan jenis ini agar para pengikutnya patuh pada perintahnya karena takut pada konsekuensi yang tidak menyenangkan, yang mungkin akan diterimanya. Jenis hukuman dari perusahaan dapat berupa pembatalan pemberian konsekuensi tindakan yang menyenangkan, misalnya pembatalan promosi, pembatalan bonus maupun pelaksanaan hukuman, seperti skors, PHK, potong gaji, teguran dimuka umum, dan sebagainya. Meskipun hukuman dapat mengakibatkan dampak sampingan yang tidak diharapkan, misalnya perasaan dendam, tetapi hukuman merupakan bentuk kekuasaan paksaan yang masih digunakan untuk memperoleh kepatuhan atau memperbaiki prestasi yang tidak produktif dalam sebuah organisasi atau perusahaan.
d)   Kekuasaan Ahli
Kekuasaan ahli merupakan karakteristik pribadi, seseorang mempunyai kekuasaan ahli jika ia memiliki keahlian khusus yang dinilai tinggi. Seseorang yang memiliki keahlian teknis, administratif, atau keahlian lain dinilai mempunyai kekuasaan walaupun kedudukan mereka rendah. Semakin sulit mencari pengganti orang yang bersangkutan, semakin besar kekuasaan yang dimiliki.


e)    Kekuasaan Panutan
Kekuasaan panutan ditentukan oleh kekuatan pengaruh kharisma terhadap orang lain. Banyak individu yang menyatukan diri dengan atau dipengaruhi oleh seseorang karena gaya kepribadian atau prilaku orang yang bersangkutan. Kharisma adalah basis kekuasaan panutan. Seseorang yang berkharisma, misalnya seorang manajer ahli, penyanyi, politikus, dan olahragawan akan dikagumi karena karakteristiknya.

2.2.4   Kekuasaan Struktural dan Situasional
Kekuasaan terutama ditentukan oleh struktur didalam organisasi. Struktur organisasi di pandang sebagai mekanisme pengendalian yang mengatur organisasi. Dalam tatanan struktur organisasi, kebijaksanan ngambilan keputusan dialokasikan keberbagai posisi. Selain itu struktur membentuk pola komunikasi dan arus informasi. Jadi struktur organisasi menciptakan kekuasaan dan wewenang formal, dengan menghususkan orang-orang tertentu untuk melaksanakan tugas pekerjaan dan mengambil keputusan tertentu dengan memanfaatkan kekuasaan informal mungkin timbul karena truktur informasi dan komunikasi dalam sistem tersebut .
Posisi formal dalam organisasi amat erat hubungannya dengan kekuasaan dan wewenang yang melekat. Tanggung jawab, wewenang dan berbagai hak-hak yang lain tumbuh dari posisi seseorang. Bentuk lain kekuasaan struktur timbul karena sumber daya, pengambilan keputuan, dan informasi.
a)   Sumber Daya
Seorang ahli manajemen mengemukakan bahwa kekuasaan seseorang berasal dari dua sumber. Pertama, penggunaan sumber daya, informasi, dan dukungan. Kedua, kemampuan memperoleh kerja sama untuk melakukan pekerjaan yang penting. Kekuasaan terjadi jika seseorang mempunyai saluran terbuka atas sumber daya, dana, tenaga kerja, teknologi, bahan mentah, dan pelanggan. Sumber daya amat penting untuk dialokasikan disepanjang garis hierarki organisasi.
b)   Kekuasaan Pengambilan Keputusan
Derajat sesorang atau sub-unit dapat mempengaruhi pengambilan keputusan atau menentukan kadar kekuasaan. Sesorang atau sub-unit yang memiliki kekuasaan dapat mempengaruhi jalannya proses pengembalian keputusan, alternatif apa yang seyogianya dipilih, dan waktu pengambilan keputusannya.
c)    Kekuasaan Informasi
Memiliki akses atau (jangkauan) atas informasi yang relevan dan penting merupakan kekuasan. Gambaran yang benar tentang kekuasan seseorang tidak hanya disediakan oleh posisi orang yang bersangkutan, tetapi juga oleh penguasan orang yang bersangkutan atas informasi yang relevan. Seseorang akuntan dalam struktur organisasi umumnya tidak memiliki basis kekuasaan antar pribadi khusus yang kuat atau jelas dalam struktur orgnisasi, tetapi mereka memiliki kekuasan karena mereka mengendalikan informasi yang penting.
Selanjutnya situasi organisasi dapat berfungsi sebagai sumber kekuasaan atau ketidak kekuasaan. Manajer yang sangat berkuasa muncul karena ia mengalokasikan sumber daya yang dibutuhkan, mengambil keputusan yang penting, dan memiliki jgkun informsi yang penting. Dialah yang memungkinkan banyak hal yang terjadi dalam organisasi. Sebaliknya, manajer yang tidak mempunyai kekuasan tidak mempunyai sumber daya atau jangkuan informsi atau hak-hak prerogatif dalam pengambilan keputusan yang diperlukan.

2.2.5   Kriteria Seorang Pemimpin
Seorang pemimpin paling sedikit harus mampu memimpin bawahan untuk mencapai tujuan organisasi, mampu menangani hubungan antar karyawan, mempunyai interaksi antarpersonel yang baik, dan mempunyai kemampuan untuk bisa menyesuaikan diri dengan keadaan.
Beberapa sifat pemimpin yang berguna dan dapat dipertimbangkan adalah sebagai berikut.
a)    Keinginan untuk menerima tanggung jawab.
b)   Kemampuan untuk “perceptive”.
c)    Kemampuan untuk bersikap objektif.
d)   Kemampuan untuk menentukan prioritas.
e)    Kemampuan untuk berkomunikasi.


2.2.6   Perilaku Pemimpin
Para ahli mencoba mengelompokan gaya kepemimpinan dengan menggunakan suatu dasar tertentu. Dasar yang sering dipergunakan adalah atas dasar tugas yang harus dilakukan oleh pemimpin atau kewajiban yang diemban oleh pimpinan untuk pengembangan dan pemenuhan harapan para bawahan. Macam-macam gaya kepemimpinan adalah sebagai berikut.
a)   The Authocratic Leader
Seorang pemimpin yang otokratik menganggap semua kewajiban untuk mengambil keputusan, menjalankan tindakan, mengarahkan, memberi motivasi, dan mengawasi bawahannya terpusat ditangannya.
b)   The Participative Leader
Pemimpin dengan gaya partisipatif akan mendorong kemampuan mengambil keputusan dari para bawahannya sehingga pikiran-pikiran mereka akan selalu meningkat dan makin matang. Ia akan mencari berbagai pendapat dan pemikiran dari para bawahannya mengenai keputusan yang akan diambil. Ia akan menjalankan gaya kepemimpinannya dengan konsultasi. Jadi, tidak mendelegasikan wewenangnya untuk membuat keputusan akhir dan memberikan pengarahan tertentu kepada bawahannya. Ia akan mencari berbagai pendapat dan pemikiran dari para bawahannya mengenai keputusan yang akan diambil.

c)    The Free Rein Leader
Dalam free rein, pemimpin mendelegasikan wewenang untuk mengambil keputusan kepada para bawahannya dengan lengkap. Pemimpin menyerahkan tanggung jawab atas pelaksanaan pekerjaan tersebut pada  para bawahannya. Dengan kata lain, pemimpin menginginkan para bawahan bisa mengendalikan diri mereka sendiri dalam menyelesaikan pekerjaan tersebut sehingga ia tidak perlu membuat peraturan-peraturan tentang pelaksanaan pekerjaan tersebut.

2.2.7   Pemimpin sebagai Pengambil Keputusan
Pengambilan keputusan pada hakikatnya adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap hakikat suatu masalah, seperti pengumpulan fakta dan data, penentuan yang matang dari alternatif yang dihadapi, dan mengambil tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat. Pengambilan keputusan harus didasarkan pada sistematika tertentu, antara lain mempertimbangkan kemampuan organisasi, personel yang tersedia, dan situasi lingkungan yang akan digunakan untuk melaksanakan keputusan yang diambil. Pemecahan masalah tidak dapat dilakukan dengan coba-coba, tetapi harus didasarkan pada fakta yang terkumpul secara sistematis, baik, dan dapat dipercaya. Keputusan yang baik adalah keputusan yang diambil dari berbagai alternatif yang ada setelah alternatif-alternatif tersebut dianalisis secara matang.
2.2.8   Langkah-Langkah Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan, antara lain juga diartikan sebagai suatu teknik memecahkan suatu masalah dengan mempergunakan teknik-teknik ilmiah. Secara singkat dapat dikatakan bahwa terdapat tujuh langkah yang perlu diambil sebagai usaha untuk memecahkan masalah dengan mempergunakan teknik-teknik ilmiah. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut.
a)    Mengetahui hakikat dari masalah yang dihadapi, dengan perkataan lain, mendefinisikan masalah yang dihadapi dengan setepat-tepatnya.
b)   Mengumpulkan fakta dan data yang relevan.
c)    Mengolah fakta dan data tersebut.
d)   Menentukan beberapa alternatif-alternatif yang mungkin ditempuh.
e)    Memilih cara pemecahan dari alternatif yang telah diolah dengan matang.
f)    Menentukan tindakan-tindakan yang hendak dilakukan.
g)   Menilai hasil-hasil yang diperoleh sebagai akibat dari keputusan yang telah diambil.




BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Motivasi adalah proses mempengaruhi atau mendorong dari luar terhadap seseorang atau kelompok kerja agar mereka mau melaksanakan sesuatu yang telah ditetapkan. Dalam teori motivasi, hierarki kebutuhan menurut Abraham Maslow terdiri dari : kebutuhan untuk aktualisasi diri, kebutuhan untuk dihargai, kebutuhan untuk dicintai dan disayangi, kebutuhan akan rasa aman dan tentram, dan kebutuhan fisiologis dasar. Sedangkan untuk model motivasi terdiri dari : model tradisional, model hubungan manusiawi, dan model sumber daya manusia. Setiap karyawan memiliki kebutuhan untuk mengungkapkan diri, ingin diterima sebagai bagian dari anggota ‘keluarga’ perusahaan, ingin dipercaya dan didengar kata-katanya, dihargai manajemen, dan bangga terhadap pekerjaannya.
Kepemimpinan adalah kemampuan meyakinkan dan menggerakan orang lain agar mau bekerja sama di bawah kepemimpinannya sebagai suatu tim untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Kekuasaan melibatkan kekuatan dan paksaan, wewenang merupakan bagian dari kekuasaan yang cakupannya lebih sempit. Wewenang tidak menimbulkan implikasi kekuatan, wewenang adalah kekuasaan formal yang dimiliki oleh seseorang karena posisi yang dipegang dalam organisasi. Dalam basis kekuasaan, kekuasaan antarpribadi terdiri dari : kekuasaan legitimasi, kekuasaan imbalan, kekuasaan paksaan, kekuasaan ahli, dan kekuasaan panutan. Dalam perilaku pemimpin dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu The Authocratic Leader, The Participative Leader, dan The Free Rein Leader.
DAFTAR PUSTAKA
Handoko, T. Hani. 1998. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta : BPFE.
Samsudin, Sadili. 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung : Pustaka Setia.
Simomora, Henry. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi III. Yogyakarta : STIE YKPN.
http://pustaka.unpad.ac.id.  29 November 2011.
http://pustaka.ut.ac.id.  29 November 2011.
http://puslit2.petra.ac.id.  29 November 2011.

Judul : Motivasi dan Kepemimpinan
Judul : Motivasi dan Kepemimpinan
Judul : Motivasi dan Kepemimpinan
website : syarifhidayat.blogspot.com

No comments:

Post a Comment