Thursday, April 18, 2013

Asal Mula Planet Bumi



2.1  Tata Surya
Tata Surya adalah kumpulan benda langit yang terdiri atas sebuah bintang yang disebut Matahari dan semua objek yang terikat oleh gaya gravitasinya. Objek-objek tersebut termasuk delapan buah planet yang sudah diketahui dengan orbit berbentuk elips, lima planet kerdil/katai, 173 satelit alami yang telah diidentifikasi, dan jutaan benda langit (meteor, asteroid, komet) lainnya. Tata Surya terbagi menjadi Matahari, empat planet bagian dalam, sabuk asteroid, empat planet bagian luar, dan di bagian terluar adalah Sabuk Kuiper dan piringan tersebar. Awan Oort diperkirakan terletak di daerah terjauh yang berjarak sekitar seribu kali di luar bagian yang terluar.
Berdasarkan jaraknya dari matahari, kedelapan planet Tata Surya ialah Merkurius (57,9 juta km), Venus (108 juta km), Bumi (150 juta km), Mars (228 juta km), Yupiter (779 juta km), Saturnus (1.430 juta km), Uranus (2.880 juta km), dan Neptunus (4.500 juta km). Sejak pertengahan 2008, ada lima objek angkasa yang diklasifikasikan sebagai planet kerdil. Orbit planet-planet kerdil, kecuali Ceres, berada lebih jauh dari Neptunus. Kelima planet kerdil tersebut ialah Ceres (415 juta km. di sabuk asteroid; dulunya diklasifikasikan sebagai planet kelima), Pluto (5.906 juta km.; dulunya diklasifikasikan sebagai planet kesembilan), Haumea (6.450 juta km), Makemake (6.850 juta km), dan Eris (10.100 juta km).
Enam dari kedelapan planet dan tiga dari kelima planet kerdil itu dikelilingi oleh satelit alami, yang biasa disebut dengan "bulan" sesuai dengan Bulan atau satelit alami Bumi. Masing-masing planet bagian luar dikelilingi oleh cincin planet yang terdiri dari debu dan partikel lain.

2.2  Asal Usul Tata Surya
Banyak hipotesis tentang asal usul Tata Surya telah dikemukakan para ahli, di antaranya :
·         Hipotesis Nebula
Hipotesis nebula pertama kali dikemukakan oleh Emanuel Swedenborg (1688-1772) tahun 1734 dan disempurnakan oleh Immanuel Kant (1724-1804) pada tahun 1775. Hipotesis serupa juga dikembangkan oleh Pierre Marquis de Laplace secara independen pada tahun 1796. Hipotesis ini, yang lebih dikenal dengan Hipotesis Nebula Kant-Laplace, menyebutkan bahwa pada tahap awal, Tata Surya masih berupa kabut raksasa. Kabut ini terbentuk dari debu, es, dan gas yang disebut nebula, dan unsur gas yang sebagian besar hidrogen. Gaya gravitasi yang dimilikinya menyebabkan kabut itu menyusut dan berputar dengan arah tertentu, suhu kabut memanas, dan akhirnya menjadi bintang raksasa (matahari). Matahari raksasa terus menyusut dan berputar semakin cepat, dan cincin-cincin gas dan es terlontar ke sekeliling matahari. Akibat gaya gravitasi, gas-gas tersebut memadat seiring dengan penurunan suhunya dan membentuk planet dalam dan planet luar.
·         Hipotesis Planetisimal
Hipotesis planetisimal pertama kali dikemukakan oleh Thomas C. Chamberlin dan Forest R. Moulton pada tahun 1900. Hipotesis planetisimal mengatakan bahwa Tata Surya kita terbentuk akibat adanya bintang lain yang lewat cukup dekat dengan matahari, pada masa awal pembentukan matahari. Kedekatan tersebut menyebabkan terjadinya tonjolan pada permukaan matahari, dan bersama proses internal matahari, menarik materi berulang kali dari matahari. Efek gravitasi bintang mengakibatkan terbentuknya dua lengan spiral yang memanjang dari matahari. Sementara sebagian besar materi tertarik kembali, sebagian lain akan tetap di orbit, mendingin dan memadat, dan menjadi benda-benda berukuran kecil yang mereka sebut planetisimal dan beberapa yang besar sebagai protoplanet. Objek-objek tersebut bertabrakan dari waktu ke waktu dan membentuk planet dan bulan, sementara sisa-sisa materi lainnya menjadi komet dan asteroid.
·         Hipotesis Pasang Surut Bintang
Hipotesis pasang surut bintang pertama kali dikemukakan oleh James Jeans pada tahun 1917. Planet dianggap terbentuk karena mendekatnya bintang lain kepada matahari. Keadaan yang hampir bertabrakan menyebabkan tertariknya sejumlah besar materi dari matahari dan bintang lain tersebut oleh gaya pasang surut bersama mereka, yang kemudian terkondensasi menjadi planet. Namun astronom Harold Jeffreys tahun 1929 membantah bahwa tabrakan yang sedemikian itu hampir tidak mungkin terjadi.[3] Demikian pula astronom Henry Norris Russell mengemukakan keberatannya atas hipotesis tersebut.[4]
·         Hipotesis Kondensasi
Hipotesis kondensasi mulanya dikemukakan oleh astronom Belanda yang bernama G.P. Kuiper (1905-1973) pada tahun 1950. Hipotesis kondensasi menjelaskan bahwa Tata Surya terbentuk dari bola kabut raksasa yang berputar membentuk cakram raksasa.
·         Hipotesis Bintang Kembar
Hipotesis bintang kembar awalnya dikemukakan oleh Fred Hoyle (1915-2001) pada tahun 1956. Hipotesis mengemukakan bahwa dahulunya Tata Surya kita berupa dua bintang yang hampir sama ukurannya dan berdekatan yang salah satunya meledak meninggalkan serpihan-serpihan kecil. Serpihan itu terperangkap oleh gravitasi bintang yang tidak meledak dan mulai mengelilinginya.
2.3  Sejarah Penemuan Planet-Planet di Tata Surya
Lima planet terdekat ke Matahari selain Bumi (Merkurius, Venus, Mars, Yupiter dan Saturnus) telah dikenal sejak zaman dahulu karena mereka semua bisa dilihat dengan mata telanjang. Banyak bangsa di dunia ini memiliki nama sendiri untuk masing-masing planet.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pengamatan pada lima abad lalu membawa manusia untuk memahami benda-benda langit terbebas dari selubung mitologi. Galileo Galilei (1564-1642) dengan teleskop refraktornya mampu menjadikan mata manusia "lebih tajam" dalam mengamati benda langit yang tidak bisa diamati melalui mata telanjang. Karena teleskop Galileo bisa mengamati lebih tajam, ia bisa melihat berbagai perubahan bentuk penampakan Venus, seperti Venus Sabit atau Venus Purnama sebagai akibat perubahan posisi Venus terhadap Matahari. Penalaran Venus mengitari Matahari makin memperkuat teori heliosentris, yaitu bahwa matahari adalah pusat alam semesta, bukan Bumi, yang sebelumnya digagas oleh Nicolaus Copernicus (1473-1543). Susunan heliosentris adalah Matahari dikelilingi oleh Merkurius hingga Saturn
Teleskop Galileo terus disempurnakan oleh ilmuwan lain seperti Christian Huygens (1629-1695) yang menemukan Titan, satelit Saturnus, yang berada hampir 2 kali jarak orbit Bumi-Yupiter. Perkembangan teleskop juga diimbangi pula dengan perkembangan perhitungan gerak benda-benda langit dan hubungan satu dengan yang lain melalui Johannes Kepler (1571-1630) dengan Hukum Kepler. Dan puncaknya, Sir Isaac Newton (1642-1727) dengan hukum gravitasi. Dengan dua teori perhitungan inilah yang memungkinkan pencarian dan perhitungan benda-benda langit selanjutnya
Pada 1781, William Herschel (1738-1822) menemukan Uranus. Perhitungan cermat orbit Uranus menyimpulkan bahwa planet ini ada yang mengganggu. Neptunus ditemukan pada Agustus 1846. Penemuan Neptunus ternyata tidak cukup menjelaskan gangguan orbit Uranus. Pluto kemudian ditemukan pada 1930. Pada saat Pluto ditemukan, ia hanya diketahui sebagai satu-satunya objek angkasa yang berada setelah Neptunus. Kemudian pada 1978, Charon, satelit yang mengelilingi Pluto ditemukan, sebelumnya sempat dikira sebagai planet yang sebenarnya karena ukurannya tidak berbeda jauh dengan Pluto.
Para astronom kemudian menemukan sekitar 1.000 objek kecil lainnya yang letaknya melampaui Neptunus (disebut objek trans-Neptunus), yang juga mengelilingi Matahari. Di sana mungkin ada sekitar 100.000 objek serupa yang dikenal sebagai Objek Sabuk Kuiper (Sabuk Kuiper adalah bagian dari objek-objek trans-Neptunus). Belasan benda langit termasuk dalam Objek Sabuk Kuiper di antaranya Quaoar (1.250 km pada Juni 2002), Huya (750 km pada Maret 2000), Sedna (1.800 km pada Maret 2004), Orcus, Vesta, Pallas, Hygiea, Varuna, dan 2003 EL61 (1.500 km pada Mei 2004). Penemuan 2003 EL61 cukup menghebohkan karena Objek Sabuk Kuiper ini diketahui juga memiliki satelit pada Januari 2005 meskipun berukuran lebih kecil dari Pluto. Dan puncaknya adalah penemuan UB 313 (2.700 km pada Oktober 2003) yang diberi nama oleh penemunya Xena. Selain lebih besar dari Pluto, objek ini juga memiliki satelit.







2.4  Planet Bumi
Bumi (1 SA dari matahari) adalah planet bagian dalam yang terbesar dan terpadat, satu-satunya yang diketahui memiliki aktivitas geologi dan satu-satunya planet yang diketahui memiliki mahluk hidup. Hidrosfer-nya yang cair adalah khas di antara planet-planet kebumian dan juga merupakan satu-satunya planet yang diamati memiliki lempeng tektonik. Atmosfer bumi sangat berbeda dibandingkan planet-planet lainnya, karena dipengaruhi oleh keberadaan mahluk hidup yang menghasilkan 21% oksigen. Bumi memiliki satu satelit, bulan, satu-satunya satelit besar dari planet kebumian di dalam Tata Surya.
Susunan bumi adalah kompleks. Pada waktu ini secara kasar sekali kita dapat mengatakan bahwa bumi itu mempunyai lapisan dalam; temperatur disitu sangat tinggi khususnya di bagian tengah di mana batu-batu masih cair. Adapun lapisan atas atau kulit bumi merupakan lapisan yang keras dan
dingin. Lapisan atas itu sangat tipis, hanya setebal antara beberapa kilometer dan beberapa puluh kilometer; sedang poros bumi itu lebih dari 6.000 kilometer. Dengan begitu maka kulit bumi, rata-rata tidak sampai 1/100 poros bumi. Dalam batas 1/100 inilah fenomena-fenomena geologi terjadi.
Yang paling dasar daripada perubahan-perubahan geologi adalah lipatan yang asalnya adalah rangkaian gunung-gunung. Terbentuknya lipatan-lipatan itu dalam geologi dinamakan "orogenese." Proses ini penting sekali karena setelah nampak relief (pemunculan) yang akan membentuk gunung terjadi pula gerakan kearah kedalam yang proporsional dengan kulit bumi yang menjamin tempat duduknya gunung itu dalam lapisan di bawahnya.
Sejarah tentang pembagian muka bumi menjadi tanah dan lautan adalah hasil penyelidikan yang masih baru dan masih belum sempurna, walaupun yang mengenai periode yang tidak sangat kuno tetapi yang lebih banyak diketahui. Sangat boleh jadi bahwa timbulnya lautan (hidrosfir) terjadi l/2 milliard tahun yang lalu. Mula-mula semua benua merupakan satu
kesatuan pada "Zaman Pertama" dan kemudian terserak-serak. Di lain pihak ada benua-benua atau bagian benua yang muncul sebagai akibat terjadinya gunung dalam daerah laut (seperti benua Atlantik Utara dan sebagian dari Europa – menurut pandangan Sains modern).
Yang mempunyai pengaruh besar dalam sejarah pembentukan bumi
adalah munculnya rangkaian gunung-gunung. Para ahli mengelompokkan semua evolusi bumi, dari periode pertama sampai periode keempat dengan mengambil pedoman dari tahap orogenik (gunung-gunung) dan tahap-tahap ini sendiri dikelompokkan dalam siklus-siklus orogenik, karena tiap-tiap
munculnya relief gunung akan mempengaruhi keseimbangan antara lautan dan benua. Munculnya gunung-gunung telah menghilangkan beberapa bagian bumi yang tinggi dan menumbuhkan bagian-bagian yang baru dan telah merubah pembagian udara laut dan udara kontinental semenjak beratus-ratus juta tahun. Udara kontinental hanya mengambil tempat 3/10 dari seluruh muka bumi. Dengan cara tersebut di atas kita dapat menyimpulkan secara sangat tidak sempurna perubahan-perubahan yang terjadi dalam beberapa ratus juta tahun yang lalu.
Bumi adalah satu-satunya bahagian alam semesta yang diketahui dihuni oleh makhluk hidup sampai sekarang. Para ahli sains telah berusaha merungkai asal usul munculnya kehidupan di Bumi dan bagaimana keadaan Bumi di awal terbentuknya.
Ada tiga sudut pandangan yang memperkatakan keadaan Bumi pada awal terbentuknya, iaitu bergurun seperti permukaan Bulan, diselimuti lidah api, atau dipenuhi air tanpa daratan. Namun, ketiga gambaran tersebut mungkin salah. Sebuah kajian terbaru menyimpulkan bahawa Bumi memiliki benua dan lautan sejak 4,3 milion tahun lalu. Keadaan tersebut berlaku setelah Bumi terbentuk dan tidak terlalu lama sejak terbentuknya matahari sekitar 4,6 milion tahun lalu. Penelitian berbeza yang dilaporkan pada bulan Mei juga menghasilkan kesimpulan sama. Anggapan bahawa permukaan Bumi diliputi api yang membara pada awal terbentuknya dianggap sesuatu yang terlalu melampau. Tapi, bukan bermakna sejak awal terbentuknya Bumi sudah ada kehidupan. Hanya sahaja, keadaan persekitarannya sudah siap untuk didiami. Suatu tempat berisi air, tanah, suhu dan keadaan persekitaran yang seimbang membawa kepada terbentuknya kehidupan.
Hasil penelitian tersebut dilaporkan dalam jurnal Sains edisi online. Peneliti dari University of Colorado Stephen Mojzsis juga menerangkan bagaimana keadaan Bumi sebelum masa tersebut. "Sebelum 4 milion tahun lalu, Bumi mungkin tidak terlihat Biru dari luar angkasa seperti sekarang. Meskipun diketahui sudah terbentuk daratan yang luas, atmosfera yang mengandungi karbon dioksida berkadar tinggi menyebabkan langit berwarna kemerah-merahan," kata Mojzsis. "Lautan dengan konsentrasi besi yang lebih tinggi daripada sekarang juga menyebabkan airnya berwarna biru kehijau-hijauan. Ratusan kepulauan kecil seperti Selandia Baru atau Jepun mungkin masih terendam," katanya.
Kesimpulan ini diambil berdasarkan analisis terhadap hafnium, elemen langka pada mineral purba yang ditemukan di Jack Hill, kawasan Australia Barat. Batuan-batuan di sana diperkirakan sebagai salah satu yang tertua di Bumi, berumur sekitar 4,4 milion tahun. "Bukti ini menunjukkan bahwa terdapat plat benua utama yang telah terbentuk pada 100 juta tahun pertama terbentuknya Bumi," lanjut Mojzsis.
Penelitian Mark Harrison dari Australian National University yang dilaporkan pada 2001 digabungkan dengan hasil penelitian Mojzsis. Dari penelitian tersebut telah dibuktikan bahawa permukaan Bumi mengandung air sejak 4,3 juta tahun lalu. "Gambaran yang kami peroleh sekarang menunjukkan bahwa kulit Bumi, lautan, dan atmosfera telah terbentuk sejak awal sehingga lebih siap untuk menampung pelbagai bentuk kehidupan," kata Mojzsis.
Udaranya sendiri mungkin belum dapat digunakan untuk bernafas kerana terdiri dari campuran karbon dioksida, wap air, gas sulfur, dan metana. Tetapi kerana inilah lingkungan yang diperlukan oleh mikroba. Para saintis belum dapat memastikan sejak bila kehidupan dimulai dan bagaimana terbentuk. Berdasarkan teori lainnya, jika ada sejak 4,3 milion tahun dahulu, beertiti kehidupan sempat musnah kerana hentaman meteor sehingga harus dimulai sejak awal lagi. Bagaimanapun, Bumi adalah tempat yang tidak pasti pada satu milion tahun pertama hingga berkurangnya asteroid dan komet yang menghentamnya.

2.5  Teori-Teori Pembentukan Planet Bumi
Bumi adalah planet tempat tinggal seluruh makhluk hidup beserta isinya. Sebagai tempat tinggal makhluk hidup, bumi tersusun atas beberapa lapisan bumi, bahan-bahan material pembentuk bumi, dan seluruh kekayaan alam yang terkandung di dalamnya. Bentuk permukaan bumi berbeda-beda, mulai dari daratan, lautan, pegunungan, perbukitan, danau, lembah, dan sebagainya. Bumi sebagai salah satu planet yang termasuk dalam sistem tata surya di alam semesta ini tidak diam seperti apa yang kita perkirakan selama ini, melainkan bumi melakukan perputaran pada porosnya (rotasi) dan bergerak mengelilingi matahari (revolusi) sebagai pusat sistem tata surya. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya siang malam dan pasang surut air laut. Oleh karena itu, proses terbentuknya bumi tidak terlepas dari proses terbentuknya tata surya kita.
Bagaimana Bumi ini terbentuk secara pasti masih merupakan perdebatan dimana banyak pendapat yang dikemukakan oleh para ahli dengan alasan yang berbeda-beda pula. Berikut ini beberapa teori mengenai pembentukan bumi yang umum dikenal.

1.    Teori Kant – Laplace
Sejak jaman sebelum Masehi, para ahli telah banyak berfikir dan melakukan analisis terhadap gejala-gejala alam. Mulai abad ke 18 para ahli telah memikirkan proses terjadinya Bumi. Salah satunya adalah teori kabut (nebula) yang dikemukakan oleh Immanuel Kant (1755) dan Piere de Laplace (1796)? Mereka terkenal dengan Teori Kabut Kant-Laplace. Dalam teori ini dikemukakan bahwa di jagat raya terdapat gas yang kemudian berkumpul menjadi kabut (nebula). Gaya tarik-menarik antar gas ini membentuk kumpulan kabut yang sangat besar dan berputar semakin cepat. Dalam proses perputaran yang sangat cepat ini, materi kabut bagian khatulistiwa terlempar memisah dan memadat (karena pendinginan). Bagian yang terlempar inilah yang kemudian menjadi planet-planet dalam tata surya.
2.    Teori Planetesimal
Pada awal abad ke-20, Forest Ray Moulton, seorang ahli astronomi Amerika bersama rekannya T.C Chamberlain, seorang ahli geologi, mengemukakan teori Planetisimal Hypothesis, yang mengatakan matahari terdiri dari massa gas bermassa besar sekali, pada suatu saat didekati oleh sebuah bintang lain yang melintas dengan kecepatan tinggi di dekat matahari. Pada waktu bintang melintas di dekat matahari dan jarak keduanya relatif dekat, maka sebagian massa gas matahari ada yang tertarik ke luar akibat adanya gravitasi dari bintang yang melintas tersebut. Sebagian dari massa gas yang tertarik ke luar ada yang pada lintasan bintang dan sebagian lagi ada yang berputar mengelilingi matahari karena gravitasi matahari. Setelah bintang melintas berlalu, massa gas yang berputar mengelilingi matahari menjadi dingin dan terbentuklah cincin yang lama kelamaan menjadi padat dan di sebut planetisimal. Beberapa planetisimal yang terbentuk akan saling tarik – menarik bergabung menjadi satu dan pada akhirnya membentuk planet, termasuk bumi.
3.      Teori Bintang Kembar
Teori ini dikemukakan oleh seorang ahli Astronomi R.A Lyttleton. Menurut teori ini, galaksi berasal dari kombinasi bintang kembar. Salah satu bintang meledak sehingga banyak material yang terlempar. Karena bintang yang tidak meledak mempunyai gaya gravitasi yang masih kuat, maka sebaran pecahan ledakan bintang tersebut mengelilingi bintang yang tidak meledak. Bintang yang tidak meledak itu adalah matahari, sedangkan pecahan bintang yang lain adalah planet-planet yang mengelilinginya.
4.    Teori Pasang Surut Gas (Tidal)
Teori ini dikemukakan oleh James Jeans dan Harold Jeffreys pada tahun 1918, yakni bahwa sebuah bintang besar mendekati matahari dalam jarak pendek, sehingga menyebabkan terjadinya pasang surut pada tubuh matahari, saat matahari itu masih berada dalam keadaan gas. Terjadinya pasang surut air laut yang kita kenal di Bumi, ukuranya sangat kecil. Penyebabnya adalah kecilnya massa bulan dan jauhnya jarak bulan ke Bumi (60 kali radius orbit Bumi). Tetapi, jika sebuah bintang yang bermassa hampir sama besar dengan matahari mendekat, maka akan terbentuk semacam gunung-gunung gelombang raksasa pada tubuh matahari, yang disebabkan oleh gaya tarik bintang tadi. Gunung-gunung tersebut akan mencapai tinggi yang luar biasa dan membentuk semacam lidah pijar yang besar sekali, menjulur dari massa matahari dan merentang ke arah bintang besar itu.
Dalam lidah yang panas ini terjadi perapatan gas-gas dan akhirnya kolom-kolom ini akan pecah, lalu berpisah menjadi benda-benda tersendiri, yaitu planet-planet. Bintang besar yang menyebabkan penarikan pada bagian-bagian tubuh matahari tadi, melanjutkan perjalanan di jagat raya, sehingga lambat laun akan hilang pengaruhnya terhadap-planet yang berbentuk tadi. Planet-planet itu akan berputar mengelilingi matahari dan mengalami proses pendinginan. Proses pendinginan ini berjalan dengan lambat pada planet-planet besar, seperti Yupiter dan Saturnus, sedangkan pada planet-planet kecil seperti Bumi kita, pendinginan berjalan relatif lebih cepat.
Sementara pendinginan berlangsung, planet-planet itu masih mengelilingi matahari pada orbit berbentuk elips, sehingga besar kemungkinan pada suatu ketika meraka akan mendekati matahari dalam jarak yang pendek. Akibat kekuatan penarikan matahari, maka akan terjadi pasang surut pada tubuh-tubuh planet yang baru lahir itu. Matahari akan menarik kolom-kolom materi dari planet-planet, sehingga lahirlah bulan-bulan (satelit-satelit) yang berputar mengelilingi planet-planet.
5.      Teori Big Bang
Berdasarkan Theory Big Bang, proses terbentuknya bumi berawal dari puluhan milyar tahun yang lalu. Pada awalnya terdapat gumpalan kabut raksasa yang berputar pada porosnya. Putaran tersebut memungkinkan bagian-bagian kecil dan ringan terlempar ke luar dan bagian besar berkumpul di pusat, membentuk cakram raksasa. Suatu saat, gumpalan kabut raksasa itu meledak dengan dahsyat di luar angkasa yang kemudian membentuk galaksi dan nebula-nebula. Selama jangka waktu lebih kurang 4,6 milyar tahun, nebula-nebula tersebut membeku dan membentuk suatu galaksi yang disebut dengan nama Galaksi Bima Sakti, kemudian membentuk sistem tata surya. Sementara itu, bagian ringan yang terlempar ke luar tadi mengalami kondensasi sehingga membentuk gumpalan-gumpalan yang mendingin dan memadat. Kemudian, gumpalan-gumpalan itu membentuk planet-planet, termasuk planet bumi.
Dalam perkembangannya, planet bumi terus mengalami proses secara bertahap hingga terbentuk seperti sekarang ini. Ada tiga tahap dalam proses pembentukan bumi, yaitu:
o  Awalnya, bumi masih merupakan planet homogen dan belum mengalami perlapisan atau perbedaan unsur.
o  Pembentukan perlapisan struktur bumi yang diawali dengan terjadinya diferensiasi. Material besi yang berat jenisnya lebih besar akan tenggelam, sedangkan yang berat jenisnya lebih ringan akan bergerak ke permukaan.
o  Bumi terbagi menjadi lima lapisan, yaitu inti dalam, inti luar, mantel dalam, mantel luar, dan kerak bumi
6.      Teori Buffon
Seorang ilmuan Perancis George Louis Leelere Comte de Buffon. Beliau mengemukakan bahwa dahulu kala terjadi tumbukan antara matahari dengan sebuah komet yang menyebabkan sebagian massa matahari terpental ke luar. Massa yang terpental ini menjadi planet.
7.      Teori Weizsaecker
pada tahun 1940, C.Von Weizsaecker, seorang ahli astronomi Jerman mengemukakan tata surya pada mulanya terdiri atas matahari yang dikelilingi oleh massa kabut gas. Sebagian besar massa kabut gas ini terdiri atas unsur ringan, yaitu hidrogen dan helium. Karena panas matahari yang sangat tinggi, maka unsur ringan tersebut menguap ke angkasa tata surya, sedangkan unsur yang lebih berat tertinggal dan menggumpal. Gumpalan ini akan menarik unsur – unsur lain yang ada di angkasa tata surya dan selanjutnya berevolusi membentuk palnet – planet, termasuk bumi.
8.      Teroti Kuiper
Gerald P.Kuiper mengemukakan bahwa pada mulanya ada nebula besar berbentuk piringan cakram. Pusat piringan adalah protomatahari, sedangkan massa gas yang berputar mengelilingi promatahari adalah protoplanet. Dalam teorinya, beliau juga memasukkan unsur – unsur ringan, yaitu hidrogen dan helium. Pusat piringan yang merupakan protomatahari menjadi sangat panas, sedangkan protoplanet menjadi dingin. Unsur ringan tersebut menguap dan malia menggumpal menjadi planet – planet.
9.      Teori Whipple
Seorang ahli astronom Amerika Fred L.Whipple, mengemukakan pada mulanya tata surya terdiri dari gas dan kabut debu kosmis yang berotasi membentuk semacam piringan. Debu dan gas yang berotasi menyebabkan terjadinya pemekatan massa dan akhirnya menggumpal menjadi padat, sedangkan kabutnya hilang menguap ke angkasa. Gumpalan yang padat saling bertabrakan dan kemudian membentuk planet – planet.
Secara umum yang paling populer sampai sekarang adalah Teori Big Bang dan banyak diikuti oleh para ilmuwan walaupun terkadang masih terdapat beberapa perbedaan. Ada dua kesimpulan yang dapat diambil dari penjelasan mengenai proses terbentuknya bumi, yaitu:
o  Bumi berasal dari suatu gumpalan kabut raksasa yang meledak dahsyat, kemudian membentuk galaksi dan nebula. Setelah itu, nebula membeku membentuk galaksi Bima Sakti, lalu sistem tata surya.Bumi terbentuk dari bagian kecil ringan yang terlempar ke luar saat gumpalan kabut raksasa meledak yang mendingin dan memadat sehingga terbentuklah bumi.
o  Tiga tahap proses pembentukan bumi, yaitu mulai dari awal bumi terbentuk, diferensiasi sampai bumi mulai terbagi ke dalam beberapa zona atau lapisan, yaitu inti dalam, inti luar, mantel dalam, mantel luar, dan kerak bumi.


2.6  Sejarah Geologi Bumi
Pada awal dari sejarah bumi, planet ini adalah seorang raksasa, merah panas, bergolak, mendidih, samudra magma. Panas telah dihasilkan oleh tabrakan kecepatan tinggi berulang-ulang yang lebih kecil tubuh batuan banyak ruang yang terus mengelompok bersama karena bertabrakan membentuk planet ini. Sebagai tabrakan meruncing dari bumi mulai dingin, membentuk kerak tipis pada permukaannya. Sebagai pendinginan berlanjut, uap air mulai untuk melarikan diri dan memadatkan lebih awal di atmosfer bumi. Awan terbentuk dan badai mengamuk, hujan dan lebih banyak air di atas bumi primitif, pendinginan permukaan lebih lanjut sampai dibanjiri dengan air, membentuk laut.
Hal ini berteori bahwa umur benar bumi adalah sekitar 4,6 miliar tahun, dibentuk pada waktu yang sama dengan sisa kami sistem surya. Batuan tertua ahli geologi telah mampu menemukan adalah 3,9 miliar tahun. Menggunakan umur radiometri metode untuk menentukan umur batuan berarti ilmuwan harus bergantung pada ketika batuan ini awalnya dibentuk (seperti dalam - ketika mineral internal pertama didinginkan). Di masa kanak-kanak planet rumah kami seluruh bumi itu cair (mencair) batu - samudra magma.
Karena kita hanya bisa mengukur sejauh kembali pada waktu seperti yang kita telah batuan padat di planet ini, kita terbatas dalam bagaimana kita bisa mengukur umur bumi yang sesungguhnya. Karena kekuatan lempeng tektonik , planet kita juga sangat dinamis satu; gunung baru terbentuk, yang lama mengenakan turun, gunung berapi yang mencair dan membentuk kembali kerak baru. Yang terus menerus berubah dan membentuk kembali dari permukaan bumi yang melibatkan mencair ke bawah dan merekonstruksi batuan tua telah cukup banyak menghilangkan sebagian besar batuan asli yang datang dengan bumi ketika baru terbentuk. Jadi usia adalah usia yang teoritis.
Para ilmuwan masih mencoba untuk mengungkap salah satu misteri terbesar bumi: Kapan "hidup" pertama kali muncul dan bagaimana hal itu bisa terjadi? Diperkirakan bahwa bentuk kehidupan pertama di bumi masih primitif, makhluk bersel satu yang muncul sekitar 3 miliar tahun lalu. Itu hampir semua ada sekitar tahun berikutnya dua miliar. Lalu tiba-tiba mereka organisme bersel tunggal mulai berkembang menjadi organisme multiseluler. Belum pernah terjadi sebelumnya maka kelimpahan hidup di kompleks bentuk sangat mulai mengisi lautan. Beberapa merangkak dari laut dan mengambil tempat tinggal di darat, mungkin untuk menghindari predator di laut. Rantai cascading dan semakin dibedakan bentuk-bentuk baru kehidupan muncul di seluruh planet ini, hanya untuk hampir dimusnahkan oleh kepunahan massal yang tak dapat dijelaskan. Ini akan menjadi yang pertama dari beberapa kepunahan massal sejarah Bumi.
Para ilmuwan telah tampak semakin ke ruang untuk menjelaskan kepunahan massal ini yang telah terjadi hampir seperti jam sejak awal hidup "waktu". Mungkin kita sudah mendapatkan berkala berikat oleh batuan lebih banyak ruang (mis. asteroid), atau tabrakan bintang neutron terjadi terlalu dekat untuk kenyamanan? Setiap kali kepunahan massal terjadi, kehidupan menemukan cara untuk kembali dari tepi jurang. Kehidupan telah teguh berpegang pada ini planet biru kecil untuk tahun terakhir tiga miliar. Para ilmuwan menemukan petunjuk baru tentang bagaimana kehidupan pertama dimulai di bumi di beberapa tempat yang menarik benar-benar - di laut dalam .
·         Memeriksa Catatan Fosil
Para ilmuwan telah mempelajari batuan menggunakan metode penanggalan radiometrik untuk menentukan umur bumi. Hal keren lain benar-benar mereka telah ditemukan batuan yang memberitahu kita lebih banyak tentang kisah masa lalu bumi adalah sisa-sisa makhluk hidup yang telah tertanam di bebatuan untuk semua waktu. Kami menyebutnya fosil. Telah studi yang cermat rekaman fosil bumi yang telah mengungkapkan gambaran yang menarik tentang jenis-jenis makhluk yang pernah menjelajahi planet ini. Kerangka fosil makhluk besar dengan cakar yang besar dan gigi, nenek moyang kuno spesies modern (seperti hiu) yang tetap tidak berubah selama jutaan tahun, dan hutan prasejarah subur dengan kehidupan tumbuhan, semua menunjuk pada profesi hidup dan berbagai spesies yang terus mengisi bumi, bahkan dalam menghadapi kepunahan massal periodik.
Dengan mempelajari catatan fosil para ilmuwan telah menentukan bahwa bumi telah mengalami iklim yang sangat berbeda di masa lalu. Bahkan, kondisi klimaks umum, serta spesies yang ada, digunakan untuk menentukan periode geologi waktu yang berbeda dalam sejarah bumi. Sebagai contoh, pemanasan bumi periodik - selama periode Jurassic dan Cretaceous - menciptakan sebuah profesi tanaman dan kehidupan hewan yang tertinggal bahan organik yang murah hati dari pembusukan mereka. Lapisan ini bahan organik dibangun selama jutaan tahun tidak terganggu. Mereka akhirnya tertutup oleh muda, sedimen atasnya dan dikompresi, memberikan kita bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak bumi dan gas alam.
Bergantian, iklim bumi juga mengalami masa-masa cuaca sangat dingin untuk waktu yang lama seperti yang banyak permukaan dilapisi dalam lembaran tebal es. Ini periode waktu geologi disebut zaman es dan bumi memiliki beberapa sejarahnya. Seluruh spesies-spesies iklim hangat mati selama jangka waktu tersebut, sehingga menimbulkan sepenuhnya spesies baru makhluk hidup yang bisa mentolerir dan bertahan dalam iklim yang sangat dingin. Percaya atau tidak, manusia itu sekitar selama zaman es terakhir - Holocene (sekitar 11.500 tahun yang lalu) - dan kami berhasil untuk bertahan hidup. Makhluk seperti Woolly Mammoth - kerabat jauh gajah modern-hari - tidak.


2.7  Kelahiran Alam Semesta dalam Perspektif Islam
Allah SWT berfirman dalam surat Yaasin ayat 12 sebagai berikut.

$¯RÎ) ß`øtwU ÌÓ÷ÕçR 4tAöqyJø9$# Ü=çGò6tRur $tB (#qãB£s% öNèdt»rO#uäur 4 ¨@ä.ur >äóÓx« çm»uZøŠ|Áômr& þÎû 5Q$tBÎ) &ûüÎ7B ÇÊËÈ  
Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam kitab Induk yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (Q.S. Yaasiin :12)

Allah SWT menegaskan bahwa kekuasaan untuk menciptakan manusia sebagai bagian dari alam, termasuk untuk mematikan dan menghidupkan. Sebagaimana Allah menetapkan bahwa tanah yang mati pun dapat disuburkan kembali. Ayat tersebut menjelaskan bahwa perjalanan alam jagad raya ini telah ditakdirkan Tuhan dalam kitab induknya, yaitu Lauh Mahfuzh.

Allah SWT berfirman dalam surat Al-Alaa ayat 2-3 sebagai berikut.
Ï%©!$# t,n=y{ 3§q|¡sù ÇËÈ   Ï%©!$#ur u£s% 3yygsù ÇÌÈ  
Yang Menciptakan, dan menyempurnakan (penciptaan-Nya), Dan yang menentukan kadar (masing-masing) dan memberi petunjuk,” (Q.S. Al-A’laa : 2-3)

Ayat tersebut menjelaskan kekuasaan Allah SWT menciptakan ayat jagad raya ini dengan sempurna. Semua makhluknya pun telah ditentukan kadarnya dan diberi petunjuk. Oleh karena itu, yang menyucikan dan bersyukur kepada Allah bukan hanyamanusia, tetapi juga angin, lautan, gunung , bintang, matahari, para malaikat, dan hewan. Semuanya memuji Allah. Allah-lah yang mengatur geraknya. Manusia terbagi 2 jenis, yakni manusia yang syukur dan manusia yang kufur. Karena itu Allah membagi 2 jenis keguncangan alam, yaitu keguncangan alam sebagai siksaan dan keguncangan alam sebagai ujian. Bagi yang beriman ia harus bersabar dalam menerima ujian dan bertawakal, sedangkan bagi yang kufur, ia harus cepat bertobat dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dengan demikian perjalanan alam akan memberikan kedamaian dan ketentraman bagi kehidupan manusia.
Peristiwa penciptaan alam semesta selama enam massa dalam prespektif islam, sebagaimana dinyatakan oleh Allah, disepakati oleh ilmuan ahli ilmu alam dalam enam tahap berikut
1.    Tahap pertama, sejak penciptaan smapai sushu kosmos turun menjadi seratus juta-juta-juta-juta-juta derajat. Dalam tahap ini, seluruh kosmos yang terdiri atas ruang, materi, dan radiasi telah ditentukannya interaksinya, sifat serta kelakuannya pada waktu itu, segala interaksi anatara materi dan radiasi dapat ditunjukan sama kuatntya yang menurut pengamatan abul salam menampakan diri sebagai simetri dengan menunjuk pada bagian akhir ayat 3 surat al mulk sebagai berikut.

Ï%©!$# t,n=y{ yìö7y ;Nºuq»yJy $]%$t7ÏÛ ( $¨B 3ts? Îû È,ù=yz Ç`»uH÷q§9$# `ÏB ;Nâq»xÿs? ( ÆìÅ_ö$$sù uŽ|Çt7ø9$# ö@yd 3ts? `ÏB 9qäÜèù ÇÌÈ  
Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, Adakah kamu Lihat sesuatu yang tidak seimbang?” (Q.S. Al-Mulk : 3)
Dalam tahap ini, kandungan energi dan materi dalam alam semesta ditentukan jumlahnya.
2.    Tahap kedua, sejak berakhirnya tahap pertama sampai suhu kosmos turun hingga mencaspai 100.000 juta derajat kerapatan materi alam semesta adalah 4 juta ton tiap liter dalam hal ini, bahan penyusun nuklir yaitu bahan penyusun inti-inti atom telah tertentu jumlahnya.
3.    Tahap ketiga, setelah berakhirnya tahap kedua sampai suhu kosmos tinggal 1000 juta derajat dan kerapatan materinya tinggal 20 kilogram tiap liter. Dalam tahap ini, muatan kelistrikan dalam alam semesta telah ditetapkan.
4.    Tahap keempat, sejak berakhirnya tahap ketiga sampai suhu kosmos berada dibawah 100 juta derajat kerapatan materinya spersepuluh kg tiap liter. Dalam tahap ini dimulai penyusunan inti-inti atom selain itu, ada kemungkinan terjadinnya pengelompokan materi sebagai akibat dari adnya ketidak seragaman lokal, yang nantinya akan berevolusi yang menjadi galaksi-galaksi.
5.    Tahap kelima, sejak berakhirnya tahap keempat, sampai mulai terbentuk atom-atom sehingga elektron bebas dalam kosmos menjadi snagat berkurang jumlahnya, dalam tahap ini, cahaya mengisi seluruh ruang kosmos.
6.    Tahap keenam, ketika kabut materi ynag terdiri dari atom-atom mulai mengumpul dan membentuk bintang –bintang dan galaksi-galaksi diantara bintang-bintang ini terdapat materi yang dikitari oleh bumi dan planet-planet.

Asal mula alam semesta digambarkan dalam Al Qur’an pada ayat berikut: “Dialah pencipta langit dan bumi.” (Al Qur’an, 6:101). Keterangan yang diberikan Al Qur’an ini bersesuaian penuh dengan penemuan ilmu pengetahuan masa kini. Kesimpulan yang didapat astrofisika saat ini adalah bahwa keseluruhan alam semesta, beserta dimensi materi dan waktu, muncul menjadi ada sebagai hasil dari suatu ledakan raksasa yang tejadi dalam sekejap.
Peristiwa ini, yang dikenal dengan “Big Bang“, membentuk keseluruhan alam semesta sekitar 15 milyar tahun lalu. Jagat raya tercipta dari suatu ketiadaan sebagai hasil dari ledakan satu titik tunggal. Kalangan ilmuwan modern menyetujui bahwa Big Bang merupakan satu-satunya penjelasan masuk akal dan yang dapat dibuktikan mengenai asal mula alam semesta dan bagaimana alam semesta muncul menjadi ada.
Sebelum Big Bang, tak ada yang disebut sebagai materi. Dari kondisi ketiadaan, di mana materi, energi, bahkan waktu belumlah ada, dan yang hanya mampu diartikan secara metafisik, terciptalah materi, energi, dan waktu. Fakta ini, yang baru saja ditemukan ahli fisika modern, diberitakan kepada kita dalam Al Qur’an 1.400 tahun lalu.
Sensor sangat peka pada satelit ruang angkasa COBE yang diluncurkan NASA pada tahun 1992 berhasil menangkap sisa-sisa radiasi ledakan Big Bang. Penemuan ini merupakan bukti terjadinya peristiwa Big Bang, yang merupakan penjelasan ilmiah bagi fakta bahwa alam semesta diciptakan dari ketiadaan.
Adapun yang mengenai relief bumi, Qur-an hanya menyinggung terbentuknya gunung-gunung. Sesungguhnya dari segi yang kita bicarakan di sini, hanya sedikit yang dapat kita katakan; yaitu ayat-ayat yang menunjukkan perhatian Tuhan kepada manusia dalam hubungannya dengan terbentuknya bumi seperti dalam Surat Nuh ayat 19 dan 20.
ª!$#ur Ÿ@yèy_ â/ä3s9 uÚöF{$# $WÛ$|¡Î0 ÇÊÒÈ   (#qä3è=ó¡tFÏj9 $pk÷]ÏB Wxç7ß %[`$yÚÏù ÇËÉÈ  
“Dan Allah menjadikan bumi untukmu sebagai hamparan, Supaya kamu menjalani jalan-jalan yang Luas di bumi itu". (Q.S. Nuh : 19 dan 20)

Surat Adz-Dzariyaat ayat 48 :
uÚöF{$#ur $yg»uZô©tsù zN÷èÏYsù tbrßÎg»yJø9$# ÇÍÑÈ  
“Dan bumi itu Kami hamparkan, Maka Sebaik-baik yang menghamparkan (adalah Kami).” (Q.S. Adz-Dzariyaat : 48)
(Permadani) yang digelar (dihamparkan) adalah kulit bumi yang keras yang di atasnya kita dapat hidup. Adapun lapisan-lapisan di bawah adalah sangat panas, cair dan tak sesuai dengan kehidupan.
Para ahli geologi modern menggambarkan lipatan tanah yang mengambil tempat duduk di atas relief, dan yang dimensinya berbeda-beda sampai beberapa kilometer bahkan beberapa puluh kilometer. Daripada fenomena lipatan inilah kulit bumi dapat menjadi stabil.
Karena hal-hal tersebut di atas kita tidak heran jika membaca Qur-an dan mendapatkan pemikiran-pemikiran tentang gunung-gunung seperti berikut:
Surat An-Nazi’at ayat 32
tA$t7Ågø:$#ur $yg9yör& ÇÌËÈ  
“Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh,” (Q.S. An-Nazi’at :32)
Ayat menerangkan bahwa cara gunung-gunung itu diletakkan adalah sangat menjamin stabilitasnya, dan hal ini sangat sesuai dengan penemuan-penemuan geologi.

·         Mengembangnya Alam Semesta
Dalam Al Qur’an, yang diturunkan 14 abad silam di saat ilmu astronomi masih terbelakang, mengembangnya alam semesta digambarkan sebagaimana berikut ini:
uä!$uK¡¡9$#ur $yg»oYøt^t/ 7&÷ƒr'Î/ $¯RÎ)ur tbqãèÅqßJs9 ÇÍÐÈ  
“Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan Sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa.” (Q.S. Adz-Dzariyaat : 47)
Kata “langit”, sebagaimana dinyatakan dalam ayat ini, digunakan di banyak tempat dalam Al Qur’an dengan makna luar angkasa dan alam semesta. Di sini sekali lagi, kata tersebut digunakan dengan arti ini. Dengan kata lain, dalam Al Qur’an dikatakan bahwa alam semesta “mengalami perluasan atau mengembang”. Dan inilah yang kesimpulan yang dicapai ilmu pengetahuan masa kini.
Hingga awal abad ke-20, satu-satunya pandangan yang umumnya diyakini di dunia ilmu pengetahuan adalah bahwa alam semesta bersifat tetap dan telah ada sejak dahulu kala tanpa permulaan. Namun, penelitian, pengamatan, dan perhitungan yang dilakukan dengan teknologi modern, mengungkapkan bahwa alam semesta sesungguhnya memiliki permulaan, dan ia terus-menerus “mengembang”.
Pada awal abad ke-20, fisikawan Rusia, Alexander Friedmann, dan ahli kosmologi Belgia, George Lemaitre, secara teoritis menghitung dan menemukan bahwa alam semesta senantiasa bergerak dan mengembang.
Fakta ini dibuktikan juga dengan menggunakan data pengamatan pada tahun 1929. Ketika mengamati langit dengan teleskop, Edwin Hubble, seorang astronom Amerika, menemukan bahwa bintang-bintang dan galaksi terus bergerak saling menjauhi. Sebuah alam semesta, di mana segala sesuatunya terus bergerak menjauhi satu sama lain, berarti bahwa alam semesta tersebut terus-menerus “mengembang”. Pengamatan yang dilakukan di tahun-tahun berikutnya memperkokoh fakta bahwa alam semesta terus mengembang. Kenyataan ini diterangkan dalam Al Qur’an pada saat tak seorang pun mengetahuinya. Ini dikarenakan Al Qur’an adalah firman Allah, Sang Pencipta, dan Pengatur keseluruhan alam semesta.
·         Pemisahan Langit Dan Bumi
Satu ayat lagi tentang penciptaan langit adalah sebagaimana berikut:
óOs9urr& ttƒ tûïÏ%©!$# (#ÿrãxÿx. ¨br& ÏNºuq»yJ¡¡9$# uÚöF{$#ur $tFtR%Ÿ2 $Z)ø?u $yJßg»oYø)tFxÿsù ( $oYù=yèy_ur z`ÏB Ïä!$yJø9$# ¨@ä. >äóÓx« @cÓyr ( Ÿxsùr& tbqãZÏB÷sムÇÌÉÈ  
“Dan Apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka Mengapakah mereka tiada juga beriman?” (Q.S. Al-Anbiyaa’ : 30)
Kata “ratq” yang di sini diterjemahkan sebagai “suatu yang padu” digunakan untuk merujuk pada dua zat berbeda yang membentuk suatu kesatuan. Ungkapan “Kami pisahkan antara keduanya” adalah terjemahan kata Arab “fataqa”, dan bermakna bahwa sesuatu muncul menjadi ada melalui peristiwa pemisahan atau pemecahan struktur dari “ratq”. Perkecambahan biji dan munculnya tunas dari dalam tanah adalah salah satu peristiwa yang diungkapkan dengan menggunakan kata ini.
Marilah kita kaji ayat ini kembali berdasarkan pengetahuan ini. Dalam ayat tersebut, langit dan bumi adalah subyek dari kata sifat “fatq“. Keduanya lalu terpisah (“fataqa“) satu sama lain. Menariknya, ketika mengingat kembali tahap-tahap awal peristiwa Big Bang, kita pahami bahwa satu titik tunggal berisi seluruh materi di alam semesta. Dengan kata lain, segala sesuatu, termasuk “langit dan bumi” yang saat itu belumlah diciptakan, juga terkandung dalam titik tunggal yang masih berada pada keadaan “ratq” ini. Titik tunggal ini meledak sangat dahsyat, sehingga menyebabkan materi-materi yang dikandungnya untuk “fataqa” (terpisah), dan dalam rangkaian peristiwa tersebut, bangunan dan tatanan keseluruhan alam semesta terbentuk.
Ketika kita bandingkan penjelasan ayat tersebut dengan berbagai penemuan ilmiah, akan kita pahami bahwa keduanya benar-benar bersesuaian satu sama lain. Yang sungguh menarik lagi, penemuan-penemuan ini belumlah terjadi sebelum abad ke-20.

2.8  Mitos Penciptaan Bumi
Setiap kebudayaan dan bangsa mempunyai mitos penciptaan-nya masing-masing. Mitos-mitos ini berkembang sebagai upaya setiap bangsa untuk menjawab pertanyaan mengenai asal-usul manusia dan tempat tinggalnya, atau penyebab makhluk hidup berada di muka bumi.
Suku Minahasa mempunyai cerita tentang Toar dan Lumimuut yang digambarkan sebagai nenek moyang mereka. Orang Batak percaya bahwa mereka adalah keturunan satu leluhur yang bernama Si Raja Batak. Suku Lakota di Amerika percaya bahwa sebelum bumi diciptakan, dewa-dewa tinggal di surga sementara manusia hidup di dunia bawah yang tidak mempunyai budaya. Bangsa Mande di Mali selatan percaya bahwa pada mulanya hanya ada Mangala. Mangala adalah makhluk tunggal yang kuat dan dahsyat. Di dalam Mangala terdapat empat bagian, yang antara lain melambangkan empat hari dalam satu minggu, empat unsur alam, dan empat arah (ruang). Mangala juga mengandung dua pasang kembar yang berjenis kelamin ganda. Mangala bosan menyimpan semua unsur ini di dalam dirinya, karena itu dewa mengeluarkannya dan membentuknya menjadi sebuah benih. Benih inilah yang menjadi penciptaan dunia ini.
Agama Yahudi, Kristen, dan Islam sama-sama memiliki mitos penciptaan yang dimulai dari Adam dan Hawa.
·       Mitos Penciptaan Bumi Menurut Agama Islam
Agama Islam percaya akan kisah Nabi Adam dan Hawa yang disebutkan pada Al Baqarah ayat 30-39. Sebagai terjemahan yang digunakan adalah Tafsir Al Misbah yang ditulis oleh Quraish Shihab. Ayat 30 berbunyi sebagai berikut:
Ingatlah ketika Tuhan-mu berfirman kepada para malaikat, "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan satu khalifah di muka bumi". Mereka berkata, "Apakah Engkau hendak menjadikan di bumi itu siapa yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji-Mu dan menyucikan-Mu?" Tuhan berfirman, "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui".
Dari ayat diatas tampak bahwa malaikat mempunyai dugaan bahwa khalifah yang akan diciptakan Allah ini adalah mahluk yang akan membuat kerusakan di muka bumi dan menumpahkan darah dalam perselisihan. Dalam Tafsir Jalalain disebutkan bahwa perbuatan itu juga dilakukan bangsa jin yang dulunya mendiami bumi sebelum manusia. Sesudah mereka berbuat kerusakan, Allah mengirimkan malaikat dan dibuanglah mereka ke gunung-gunung dan pulau-pulau terpencil .
Walaupun malaikat mempunyai ketaatan yang lebih baik, selalu menyucikan dan memuji Allah tapi tanpa potensi pengetahuan yang diajarkan kepada Adam maka tidak akan bisa malaikat ini menjalankan tugas sebagai khalifah di muka bumi ini. Kemudian manusia pertama ini dan pasangannya diizinkan oleh Allah untuk tinggal di surga. Di dalam surga, Allah memberi karunia yang banyak, salah satunya berupa makanan yang banyak dan baik yang boleh dimakan oleh Adam dan pasangannya. Mereka boleh menikmati yang mana saja, kapan saja mereka suka. Tapi Allah melarang Adam dan pasangannya untuk mendekati sebuah pohon. Dari sekian banyak makanan dan pepohonan di surga, Allah hanya melarang satu pohon untuk tidak boleh didekati.
Ketika ada larangan tersebut, manusia melanggarnya. Manusia melakukannya dengan tidak sengaja. Semua dikarenakan lemahnya manusia terhadap godaan setan. Allah tidak membiarkan Adam dalam kesengsaraan akibat perbuatannya. Allah mengajarinya beberapa kalimat yang sering dipahami sebagai bentuk penyesalan. Allah tahu bahwa bersamaan dengan potensi pengetahuan yang telah diberikan-Nya, tersembunyi kelemahan yang dapat dimanfaatkan oleh setan untuk menjerumuskan manusia. Karenanya Allah memberi sebuah fasilitas bagi manusia yang terjerumus untuk kembali kepada-Nya. Ia berjanji bahwa bila manusia mau mengakui kelemahannya dan menerima petunjuk dari Allah, maka Allah akan mengizinkan manusia itu mencapai keberhasilan menjalankan tugasnya sebagai khalifah di muka bumi dan pada akhirnya kembali kepada Allah di surga untuk selama-lamanya.



·       Mitos Penciptaan Bumi Menurut Agama Hindu
Ada beragam kisah penciptaan alam semesta yang dituturkan secara mitologis dan berbeda-beda dalam kitab-kitab Purana. Menurut kitab Weda, unsur dasar alam semesta ini adalah aditi yang berarti ketiadaan atau kehampaan. Segala sesuatu yang ada merupakan diti yang artinya terikat. Sebelum adanya alam semesta, yang ada hanyalah Brahman, sesuatu yang sulit dilukiskan. Brahman berada di luar kehidupan dan kematian, tak terikat oleh waktu, abadi, tak bergerak, ada dimana-mana, memenuhi segala sesuatu.
Menurut kepercayaan Hindu, alam semesta terbentuk secara bertahap dan berevolusi. Brahman menciptakan alam semesta dengan tapa. Dengan tapa itu, Brahman memancarkan panas. Setelah menciptakan, Brahman menyatu ke dalam ciptaannya. Menurut kitab Purana, pada awal proses penciptaan, terbentuklah Brahmanda. Pada awal proses penciptaan juga terbentuk Purusa dan Prakerti. Kedua kekuatan ini bertemu sehingga terciptalah alam semesta. Tahap ini terjadi berangsur-angsur, tidak sekaligus. Mula-mula yang muncul adalah Citta (alam pikiran), yang sudah mulai dipengaruhi oleh Triguna, yaitu Sattwam, Rajas dan Tamas. Tahap selanjutnya adalah terbentuknya Triantahkarana, yang terdiri dari Buddhi (naluri); Manah (akal pikiran); Ahamkara (rasa keakuan). Selanjutnya, munculah Pancabuddhindria dan Pancakarmendria, yang disebut pula Dasendria (sepuluh indria). Setelah timbulnya Pancabuddhindria dan Pancakarmendria, maka sepuluh indria tersebut berevolusi menjadi Pancatanmatra, yaitu lima benih unsur alam semesta yang sangat halus, tidak berukuran. Pancatanmatra merupakan benih saja. Pancatanmatra berevolusi menjadi unsur-unsur benda materi yang nyata. Unsur-unsur tersebut dinamai Pancamahabhuta, atau Lima Unsur Zat Alam. Kelima unsur tersebut yaitu: Akasa (ether); Bayu (zat gas, udara); Teja (plasma, api, kalor); Apah (zat cair); Pertiwi (zat padat, tanah, logam).
Pancamahabhuta berbentuk Paramānu, atau benih yang lebih halus daripada atom. Pada saat penciptaan, Pancamahabhuta bergerak dan mulai menyusun alam semesta dan mengisi kehampaan. Setiap planet dan benda langit tersusun dari kelima unsur tersebut, namun kadangkala ada salah satu unsur yang mendominasi. Sari-sari Pancamahabhuta menjadi Sadrasa, yaitu enam macam rasa. Unsur-unsur tersebut dicampur dengan Citta, Buddhi, Ahamkara, Dasendria, Pancatanmatra dan Pancamahabhuta. Dari pencampuran tersebut, timbulah benih makhluk hidup, yaitu Swanita dan Sukla. Pertemuan kedua benih tersebut menyebabkan terjadinya makhluk hidup.
Kehidupan dimulai dari yang paling halus sampai yang paling kasar. Sebelum manusia diciptakan, terlabih dahulu Brahman dalam wujud sebagai Brahma, menciptakan para gandharwa, pisaca, makhluk gaib, dan sebagainya. Setelah itu terciptalah tumbuhan dan binatang. Manusia tercipta sesudah munculnya tumbuhan dan binatang di muka bumi. Karena memiliki unsur-unsur yang menyusun alam semesta, maka manusia disebut Bhuwana Alit, sedangkan jagat raya disebut Bhuwana Agung.
Menurut kepercayaan Hindu, manusia pertama adalah Swayambu Manu. Nama ini bukan nama seseorang, melainkan nama spesies. Swayambu Manu secara harfiah berarti "makhluk berpikir yang menjadikan dirinya sendiri".





BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Bumi (1 SA dari matahari) adalah planet bagian dalam yang terbesar dan terpadat, satu-satunya yang diketahui memiliki aktivitas geologi dan satu-satunya planet yang diketahui memiliki mahluk hidup. Hidrosfer-nya yang cair adalah khas di antara planet-planet kebumian dan juga merupakan satu-satunya planet yang diamati memiliki lempeng tektonik. Atmosfer bumi sangat berbeda dibandingkan planet-planet lainnya, karena dipengaruhi oleh keberadaan mahluk hidup yang menghasilkan 21% oksigen. Bumi memiliki satu satelit, bulan, satu-satunya satelit besar dari planet kebumian di dalam Tata Surya.
Ada tiga sudut pandangan yang memperkatakan keadaan Bumi pada awal terbentuknya, iaitu bergurun seperti permukaan Bulan, diselimuti lidah api, atau dipenuhi air tanpa daratan. Namun, ketiga gambaran tersebut mungkin salah. Sebuah kajian terbaru menyimpulkan bahawa Bumi memiliki benua dan lautan sejak 4,3 milion tahun lalu. Keadaan tersebut berlaku setelah Bumi terbentuk dan tidak terlalu lama sejak terbentuknya matahari sekitar 4,6 milion tahun lalu. Penelitian berbeza yang dilaporkan pada bulan Mei juga menghasilkan kesimpulan sama. Anggapan bahawa permukaan Bumi diliputi api yang membara pada awal terbentuknya dianggap sesuatu yang terlalu melampau. Tapi, bukan bermakna sejak awal terbentuknya Bumi sudah ada kehidupan. Hanya sahaja, keadaan persekitarannya sudah siap untuk didiami. Suatu tempat berisi air, tanah, suhu dan keadaan persekitaran yang seimbang membawa kepada terbentuknya kehidupan.
Allah SWT menegaskan bahwa kekuasaan untuk menciptakan manusia sebagai bagian dari alam, termasuk untuk mematikan dan menghidupkan. Sebagaimana Allah menetapkan bahwa tanah yang mati pun dapat disuburkan kembali. Ayat tersebut menjelaskan bahwa perjalanan alam jagad raya ini telah ditakdirkan Tuhan dalam kitab induknya, yaitu Lauh Mahfuzh.
Satu ayat lagi tentang penciptaan langit adalah sebagaimana berikut:
óOs9urr& ttƒ tûïÏ%©!$# (#ÿrãxÿx. ¨br& ÏNºuq»yJ¡¡9$# uÚöF{$#ur $tFtR%Ÿ2 $Z)ø?u $yJßg»oYø)tFxÿsù ( $oYù=yèy_ur z`ÏB Ïä!$yJø9$# ¨@ä. >äóÓx« @cÓyr ( Ÿxsùr& tbqãZÏB÷sムÇÌÉÈ  
“Dan Apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka Mengapakah mereka tiada juga beriman?” (Q.S. Al-Anbiyaa’ : 30)
Kata “ratq” yang di sini diterjemahkan sebagai “suatu yang padu” digunakan untuk merujuk pada dua zat berbeda yang membentuk suatu kesatuan. Ungkapan “Kami pisahkan antara keduanya” adalah terjemahan kata Arab “fataqa”, dan bermakna bahwa sesuatu muncul menjadi ada melalui peristiwa pemisahan atau pemecahan struktur dari “ratq”. Perkecambahan biji dan munculnya tunas dari dalam tanah adalah salah satu peristiwa yang diungkapkan dengan menggunakan kata ini.




DAFTAR PUSTAKA
Herabudin. 2010. Ilmu Alamiah Dasar. Bandung : pustaka Setia
Mas’ud, Ibnu. 2006. Ilmu Alamiah Dasar. Bandung : Pustaka Setia
Purnama, Heri. 2008. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta : Rineka Cipta
Ibrahim, Yoga. 1982. Bumi dan Langit. Jakarta : Departement P dan K
A, William. 1988. Antropologi Jilid 1. Jakarta : Erlangga
Bergamini, David. 1983. Alam Semesta. Jakarta : Tiara Pustaka

No comments:

Post a Comment